Setiap kali perpisahan di sekolah, selalu ada acara penyerahan kenang-kenangan untuk guru yang besarnya menurut rapat panitia perpisahan yang terdiri dari murid, guru, orang tua murid dan anggota komite sekolah. Kenang-kenangan itu kadang berupa baju seragam buat guru-guru atau benda-benda yang berguna.Sedihnya kadang-kadang kita mendengar murid atau orang tua murid yang mengeluhkan hal itu.
Bahkan ada sekolah yang diadukan murid/orang tua murid kedinas pendidikan atau mengirim surat pembaca di koran gara-gara hal ini. Mungkin ini terjadi karena tidak ada komunikasi yang baik antara guru dan siswa atau barangkali saat rapat orang tua murid itu tidak ada, giliran disuruh sumbangan malah protes, padahal ditempat rapat itulah kalau merasa keberatan atau tidak mampu, jikalau semua murid atau orang tua muridpun keberatan dan kenang-kenangan itu ditiadakan, toh guru-guru tidak merasa rugi apa-apa. Toh kami sebagai guru kan bekerja untuk mengajar dan mendidik murid bukan berharap kenang-kenangan dari murid. Karena sebaik-baiknya hadiah murid pada gurunya bukan uang atau benda tapi kesuksesan murid itu senidri.
Kadang aku begitu nelangsa, masak gara-gara kenang-kenangan sebuah baju itu murid-murid itu tega melaporkan guru-gurunya, padahal ilmu yang diberikan tak sebanding dengan sebuah baju yang mereka berikan. Begitu miskinnyakah seorang guru hanya untuk memiliki baju seragam saja mengharap pemberian murid-muridnya? Tiga tahun sekolah hanya diakhir pendidikan memberikan sedikit welas asih pada guru-guru yang sudah bersusah payah mendidik mereka? Sepadankah dikeluhkan?
Tapi aku yakin murid-muridku tidak ada yang seperti itu. Apapun pemberian mereka asal tulus ikhlas aku terima walaupun itu hanya senyuman. Kadang terbit rasa haruku, muridku yang termasuk orang yang tak mampu namun begitu santun dan penolong pada gurunya, walaupun ia tidak pernah memberikan apa-apa tapi ciuman tangannya, menolongku membawakan buku-buku paket yang berat, menghapuskan papan tulis, membelikan makan siangku membuatku terenyuh dan kontan berdo'a semoga mereka diberi masa depan yang cerah di masa yang akan datang dan hidupnya dilapangkan.
iya nih skr lagi patungan untuk gurunya pascal
BalasHapustega banget yang kayak gitu mba
BalasHapustapi di dekat sini murid bukannya memberikan secara ikhlas..
tapi dipaksa guru
ini yang kadang buat citra guru jadi menurun
Sampai dilaporkan ke surat pembaca koran? Idih, amit-amit. Dia tahu ga sih kalo guru itu sanget berjasa bagi anaknya?
BalasHapusTetap semangat, ya bu. Do'a tulusmu insyaAllah dikabulkan.
Sebegitunya ya, Mbak..
BalasHapusSungguh ter-la-lu!
Mungkin guru yang ditulisi surat pembaca itu adalah guru seperti yang dimaksud oleh "Chika_rei"
:)
@Chika, memang oknum-oknum seperti itu memang ada, kadangkala dikatakan dengan dalih untuk semua guru tapi nyatanya ada segelintir yg mengambil untung, yg kena jeleknya malah semua guru seolah-olah memaksakan. Sebenarnya kenang2an untuk guru itu biasanya satu paket dengan sumbangan untuk perpisahan, ya acara perpisahan, konsumsi, dan transportasi kalau keluar, beberapa sekolah ada yang kurang terbuka untuk hal ini jadi terjadi miskomunikasi dan mispersepsi, kalau disekolah kami tidak ada paksaan apa-apa, lucunya seringnya murid-murid sendiri yang minta diadakan acara perpisahan kadang malah minta di hotel panggil band segala lagi, yg notabene memerlukan biaya kecuali acaranya seperti upacara bendera saja....he...he...
BalasHapusJadi inget dulu waktu masih jamannya SD hehe, aku juga sering disuruh-suruh beli makanan sama guru ku, menghapus papan tulis apalagi hueheh
BalasHapusMbak, susah banget ya mau buat komentar disini..dua kali komentarku hilang.
BalasHapusMungkin bisa dibuat lebih mudah....
Sebenarnya sih klo menurut saya, urusan kenang-kenangan u/ guru tidak perlu dipatok dengan nilai nominal sumbangan tertentu, tapi seikhlasnya murid yang ingin memberikan. Justru dengan keikhlasan akan membuat guru dikenang dan dihormati :)
BalasHapusKalau berurusan dengan banyak pihak memang selalu begitu mbak.., ada pro dan kontra. Tapi bagiku sendiri sih sebenarnya tak masalah memberikan kenang-kenangan bagi guru, khususnya guru-guru yang memang layak menerimanya.
BalasHapusBTW udah lama banget aku gak mampir kesini, ternyata template-nya baru, bagus lho mbak. Oya, mbak Misfah baru diklat juga ya? Aku juga baru selesai diklat selama 2 bulan... tapi setelah diklat aku kok jadi malas ngeblog ya? :(
emangnya sekrang harus ngasih kenang2an buat guru ya? mmmmmm duluuuu pas sekolah aku sepertinya ndak pernah ngasih apa2 buat guru
BalasHapus