Jumat, 30 Oktober 2009

SOTO KUIN NINI ENOR

Kalau ada yang tanya Soto Kuin yang asli jawabannya, Soto Kuin Nini Enor! Soalnya semua franchise Soto Kuin, Soto Queen, Soto Queentana, bubunya biasanya diambil dari racikan tangan Nini Enor. Sahibul Kisah resep istimewa ini diturunkan dari nenek dan kakek Nini Enor sejak jaman soto dijual menggunakan jukung sudur.
Warung nini Enor terletak di Jalan Pangeran Rt.8 . Tidak usah membayangkan restauran yang lumayan representatif seperti warung soto Bawah Jembatan. Tempatnya tidak begitu besar, hanya 4 X 4 meter persegi, kadang pengunjung berjubel hingga beranda rumah Nini Enor. Buka mulai selepas Ashar hingga pukul 10 malam, kadang sebelum pukul 10 sudah tutup karena soto sudah terjual habis, Nini Enor tidak pernah menambah stok, apalagi menambahkan air ke kuah soto, pantang bagi beliau akan memngurangi rasa khas soto kuin yang kuahnya terbuat dari kaldu ayam kampung asli.
Rasa soto Nini Enor memang terkenal gurih, paduan kaldu ayam kampung bumbu2 campuran bawang merah dan putih, jahe, merica dan beberapa bumbu rahasia lainnya plus kocokan telur bebek tambak .
Aku sudah mengenal soto kuin Nini Enor sejak aku kecil. Kebetulan Nenekku tinggal di Kuin. Dulu kalau beli, cuma beli kuah dan pelengkapnya saja seperti racikan ayam dan telur minus ketupat, Rp 1000 atau Rp.1500 sudah dapat serantang, dimakan dirumah bersama-sama dengan nasi.
Pembeli Nini Enor dulu juga hanya sebatas orang-orang kampung saja, Bapak-Bapak sepulang sholat Maghrib di Langgar nongkrong sebentar di warung soto sambil ngobrol.Tak heran Nini Enor kenal semua nama pembelinya. Tapi sekarang, Wow! Bukan hanya anak singkong yang menenteng rantang atau angkk plastik butut, tapi nyonya-nyonya berwajah kinclong bergelang berlian dan om-om berblackberry juga rela antri di warung Nini Enor, belum lagi mobil silih berganti, jangankan Honda Jazz, Mercy dan BMW pun mampir! Wajah-wajah selebritis Banjar hingga pejabat teras mudah dijumpai disitu, Kadang mereka datang dengan teman-teman atau rekan bisnis, hingga satu keluarga full.
Orang-orang kampung seakan tersisihkan, kadang mereka datang hanya berbekal rantang, beli kuahnya Rp.5000 lantas pulang karena merasa tidak pantas duduk disebelah pengunjung yang lain yang kadang maaf memborong sepotong ayam penuh hingga ketulang-tulangnya, ditambah telor bebek rebus.
Walau begitu aku masih tetap setia ke warung soto Nini Enor, kadang cuma pake celana dan kaos butut, berjilbab seadanya pakai sendal jepit pula, kadang sekeluarga, soalnya rumahku hanya berjarak beberapa meter dari warung Nini Enor.
Mungkin Soto Nini Enor sudh jadi favorit kami sekeluarga turun temurun, dari kai nini, abah dan mamaku, adik dan suami bahkan saat anak-anakku masih dalam kandungan sudah pengen icip-icip soto Nini Enor abis emaknya ngidam itu siiih...he...he..Susah dijelaskan bagaimana rupa dan rasanya kalau tidak dicicipi sendiri, yang namanya soto di Banjar itu pake potongan ketupat tawar, soun, potong telur bebek tambak , dan potongan ayam kampung, taburan bawang goreng dan daun seledri ditambah empal singkong, diguyur kuah butek kekuningan. Saat akan menikmatinya jangan lupa tambahkan kecap asin, sambal, dan perahan limau kuit, apalah soto tanpa samsindas, asam, asin, pedas!
Warung Nini Enor juga menyediakan nasi sop, mie goreng dan mie kuah. Kalau jalan-jalan ke Banjar jangan lupa menikmati Soto Kuin Cap Nini Enor ditanggung pasti ketagihan!

Selasa, 20 Oktober 2009

Date with my son

Date with my son Aku punya waktu tersendiri ngedate dengan anak laki-lakiku Rizky, sepulang sekolah kita biasanya kita pergi berdua saja ketempat yang kita suka. Biasanya tempat makan soanya kita berdua suka makan...he...he...untung saja kita berdua selalu kelihatan kurus walaupun banyak makan. Makanan favorite kita segala sesuatu yang berbau mie. Mie Bakso, Mie ayam, Mie Jogya, Mie tiaw, mie goreng, Mie godog, minuman favorit kita es teler! Rizky bilang es ngiler, karena esnya selalu bikin dia ngiler...he..he...kita punya tempat langganan es teler, es teler ditempat lain kata Rizky rasanya beda...mungkin ada hubungannya dengan sirop yang digunakan. Es teler tempat kami nongkrong, depot es teler dulu ayahku biasa ngajak aku makan es teler, dan itu sangat melekat dihatiku, acara makan es teler bareng dengan Ayahku. Kuharap, ngedateku dengan anak laki-lakiku di warung mie dan depot es teler jadi memori yang melekat erat di kepalanya, hingga ia dewasa nanti, setahuku anak laki-laki semakin besar semakin malas jalan sama mamanya terbalik dengan anak perempuan. Karenanya, saat Rizky masih kecil aku puas-puasin jalan berdua dengannya.

Senin, 19 Oktober 2009

Cerpen :School of Horror

SCHOOL OF HORROR
by
MISFAH KHAIRINA
“Siapa yang mencoret-coret meja laboratarium?!” suara Bu Erna menggelegar ke sekeliling kelas. Semua terdiam, hanya bola mata yang saling lirik. Tatapan tajam Erin menusuk, tertuju pada dua gadis yang duduk di sebelah kanannya. Nanda dan Mita. Terutama Mita!
“Bu Erna, saya tahu siapa yang melakukannya.” Nanda berucap.
Spontan Mita menyuruhnya diam dengan tatapannya.
“Bukankah kita…”bisik Nanda protes.
“A..anu Bu, sa…saya yang melakukannya.” Tukas Mita, membuat seisi kelas lega, terutama empat pasang mata Geng “Funky Girls”, Erin , Brilly, Gea dan Mody.
“Mita! Apa-apaan ini! Itu tidak benar, Bu! Mita…” Nanda heran dengan kelakuan teman sebangkunya itu.
“Benar,Bu. Saya yang melakukannya.” Tandas Mita lagi.
“Kalau begitu Mita, Ikuti Ibu ke kantor.” Mita menelan ludah.
“Sudahlah , Nda! It’s OK, ngga apa-apa, kok!” bisik Mita menenangkan perasaan campur aduk Nanda, sahabat barunya. Nanda memang murid pindahan dari Surabaya. Pertama kali bertemu, Mita sudah merasa klop bersahabat dengan Nanda. Tapi kadang-kadang Mita takut dengan sikap Nanda yang agak “berani” terutama yang menyangkut dengan kelakuan ke empat cewek-cewek “Funky Girls”.
Istirahat pertama Nanda langsung menghampiri Mita yang baru saja keluar dari kantor.
“Kamu baik-baik saja, kan?”
Mita tersenyum,”Aku sehat wal afiat tak kurang suatu apa. Cuma dinasehati.”
“Tapi kamu tidak melakukan perbuatan itu. Bukankah Erin cs yang melakukannya? Ini sama sekali tidak adil!”
“Sudahlah,Nda! Aku lebih memilih dibawa ke kantor dibandingkan berhadapan dengan “Funky Girls”.sahut Mita enteng . Nanda geleng-geleng kepala, “Mita….Mita….”
Ooo
“Hoooiii…lama banget, sih! Aku sudah kebelet, nih!” gedor Nanda di depan pintu WC satu-satunya yang lumayan bersih dan bisa digunakan.
“Iya, nih! Siapa sih yang make?” gerutu Mita.
Dari dalam WC terdengar gelak tawa dan asap. Asap rokok! Siapa yang merokok? Nanda mengetuk pintu WC kembali. Pintu terbuka. Erin dan Bea menyembunyikan sesuatu. Alis keduanya terangkat,”Ngapain ketak-ketok?Emang kami tuli? Tunggu sebentar napa, seeeh?” kata Erin.
“Kalau mau pipis, kan ada WC kosong di sebelah.” Timpal Bea dari mulutnya tercium bau asap rokok.
“Kalian tidak tahu kalau WC di sebelah pintunya rusak.” Balas Nanda.
“Diakalin kek! Alasan saja!” Bea dan Erin melangkah keluar dari WC. Mereka sekarang berhadap-hadapan dengan Mita dan Nanda.
“Nda, bel sudah bunyi, tuh! Kita balik ke kelas aja , yuk!” bujuk Mita.
Nanda tak bergeming, wajahnya terlihat kaku. Baru kali ini, Mita melihat wajah Nanda segarang itu.
“Tunggu, Mit! Bukannya aku tidak tahu apa yang kalian lakukan di dalam sana! Kalian merokok, kan?” wajah Nanda menunjukkan kemenangan,”Emangnya kalian itu siapa? Pemilik sekolah ini?”
“Kalian kaya, oklah. Cantik? Kata siapa? Tapi satu hal, Aku tidak takut dengan kalian-kalian pada1 Ayo, Mit! Kita ke kelas.”
“Hey, anak baru! Kurang ajar kamu yaa!”
Sayup-sayup terdengar keduanya bersumpah serapah. Nanda tak menyadari Mita disebelahnya pucat pasi, kalau tidak ditahan,mungkin ia sudah pipis ditempat Sebelum masuk ke kelas Nanda mampir sebentar ke kantor. Ia melapor Bea dan Erin merokok di wc sama Pak Waluyo wali kelas mereka. Benar saja istirahat kedua gadis itu tidak ada di dalam kelas. Keduanya harus membersihkan WC . Nanda tersenyum simpul. Rasain sok kuasa, emang enak gosok-gosok lantai WC, sudah kotor bau lagi!
“Nda, kamu sadar apa yang telah kamu lakuin?” Tanya Mita yang sedari tadi gelisah.
“Sadar-sesadarnya.”
“Kamu tidak takut?”
“Siapa takut?” kilah Nanda. Kali ini Mita yang geleng-geleng kepala.
Pulang sekolah Mita dan Nanda dihadang Erin cs di depan pintu gerbang sekolah. Mita merasa darah rendahnya kumat. Matanya mulai berkunang-kunang. Kaki dan tangannya terasa dingin.
“Eits! Jangan pulang dulu, kami punya hadiah untuk kalian.”
Mita dan Nanda ingin berkelit. Tapi dua lawan empat bukanlah lawan yang seimbang. Apalagi Mita seakan menyerah pasrah. Mereka diapit dan digiring ke jalan setapak di belakang sekolah yang terkenal sepi. Mata keduanya di tutup. Apa yang Mita bayangkan terjadi juga. Mereka berdua dihina, dicaci maki ditambah pukulan dan tendangan mendarat di tubuh mereka.
“Kalian akan menanggung perbuatan kalian nanti! Aku bersumpah!” jerit Nanda dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
Tawa keras terdengar.
“Dalam mimpimu, sayang!” Erin menyeringai. Sedang Brilly, dan Mody terbahak-bahak.
Mita merasaankan pandangannya gelap..

Ooo
“Ini tidak bisa dibiarkan. Ini sudah criminal.” Ujar Nanda.
“Lupakanlah,Nda! Kamu tak inginkan yang lalu terulang?”
“Tak akan terulang lagi! Tak akan terulang lagi! Pada kamu dan siapa saja yang ada di sekolah ini.
“Nanda!” teriak Mita dengan urat leher tertarik.” Kau tahu apa yang dilakukan Erin cs saat Shaina merebut pacar Brilly. Sewaktu olahraga rok Shaina disembunyikan, diganti dengan rok sekolah ketat dan mini hingga ia harus kena skorsing dan orang tuanya dipanggil ke sekolah, sedihnya lagi ia diputusin sama Aldo pacarnya karena Aldo kecewa Shaina yang alim dan penurut bisa-bisanya pake rok begitu mini. Aku tak ingin hal itu terjadi pada kita. Bahkan lebih buruk dari itu. Aku ngga bisa ngebayangin.” Mata Mita berkaca-kaca.
“Tapi Shaina hanya diam saja! Aku tidak. Kita harus bertindak!”
Ooo
Tekad Nanda sudah bulat, ia akan melaporkan perbuatan Erin cs ke Kepala sekolah. Besok ya besok pagi. Aku tidak takut. Nanda meremas si Moo boneka sapi ditangannya gemas, namun pemandangan di depannya membuat matanya yang bulat indah terbelalak.
“Kekerasan terhadap antar murid sekolah terjadi lagi.Dua orang siswi SMU 34 dianiaya sekelompok siswi di SMU yang sama….”
Nanda menutup mulutnya yang sedikit terbuka. Kedua tangannya mengepal.Mereka itukan Erin cs, dan dua siswi yang dianaya begitu jelas menampakkan wajah meringis Nanda walaupun masih menyisakan kesangaran sedangkan Mita tak berkutik seperti tanaman tak pernah disiram. Kelompok siswi yang melakukan penganiayaan akan dipanggil kepolisian “ suara penyiar berita TV itu terdengar lantang.
Tak sadar Nanda berucap,”OH MY GOD!”
Keesokan harinya teman-temannya ramai memberi selamat dan dukungan pada Nanda.
“Gara-gara rekaman kamu, Erin cs sekarang di kantor polisi.” Kata Tiar
“Sempat-sempatnya lo merekam ulah mereka. Suer aktingmu keren abis, cocok banget jadi pemeran anak yang dizalimi.” Goda erik teman sekelasnya.
“Berasil! Berhasil! Perjuanganmu berhasil juga membuat mereka jera! Nanda kamu hebat! Kamu bilang kamu akan melaporkan mereka ke kepala sekolah, eh malah ke kantor polisi pake ada rekamannya segala, aduuuuh tampangku persis tikus curut jatuh ke comberan…he…he..”gelak Mita.
“Ta…tapi bukan aku merekamnya.” Tandas Nanda.
“Kalau bukan kamu siapa?”
Mita balik bertanya.
“Aku yang merekamnya liwat HP.” Ujar sebuah suara dibelakang mereka.
“Aku pernah dipermalukan mereka.Aku tak berbuat apa-apa. Hingga aku diskor dan Aldo memutuskan aku .Saat kulihat mereka menggiring kalian kejalan sepi itu, tanpa sepengetahuan mereka aku mengikuti dari belakang. Aku rekam semuanya., kulaporkan pada polisi” .
Nanda dan Mita menoleh keasal suara bersamaan
“Shaina!”.
“Kekerasan harus dihentikan bukan”ucap Shaina sungguh-sungguh’
“Setujuuuuuuu!”seru anak-anak kompak’
TAMAT
Banjarmasin Februari 2009
Stop Bullying Fals!
t

Senin, 12 Oktober 2009

Cerpen : Bandara Cinta Noella by Misfah Khairina

14 Februari, Noella duduk di Cafe La Moda di Bandara. Pesawat landing dan take off silih berganti. Lampu-lampu di runway dari kejauhan menambah indah pemandangan dari balik dinding kaca tebal café itu. Cahaya bulan yang tak lama lagi bulat sempurna menambah syahdu suasana.
Meja bertaplak putih nampak sederhana tapi ellegan. Strawberry Juice untuk Noella dan Fruit Punch untuk Aldo. Cheese cake favorite Noella dan Choccolate Waffle kesukaan Aldo. Buket cantik penuh bunga mawar kesayangan Noella.
“Kenapa kau kemari Noella?”
“I miss you,”
“I miss you, too.”
“Kau ingat hari ini hari apa?”
“Hari kita jadian.”
“Kau ingat tahun lalu kita merayakan nya disini.”
“Hari terindah yang pernah kurasakan. Karena aku merayakannya denganmu, Sayang.”
Pipi Noella terasa hangat begitu pula matanya. Seakan ada yang meggantung disudut-sudut matanya. Ia tak yakin dapat menahannya.
“Sekaligus, Valentine tersedih dalam hidupku.”
Bendungan itu bobol. Air mata Noella mengucur deras.
“Noella, please hapus air matamu. Seharusnya kamu senang hari ini.”
“Seharusnya. Tapi aku takut.”
“Apa yang kau takutkan? “
“Tahun lalu aku menangis karena takut kehilanganmu. Sekarang aku takut…”
Aldo menatap Noella sungguh-sungguh menunggu ucapan gadis itu berikutnya,
“Aku… takut menyakitimu.”
Noella menggeleng, “Aldo maukah kau memaafkan aku?” pintanya dengan suara bergetar. Aldo tersenyum. “Yang harusnya terjadi pasti akan terjadi Noella tidak ada yang harus dimaafkan. Aku ingin kamu bahagia dan tersenyum lagi. Hey, mana senyum menawan itu pergi.”
“Entahlah, Do semenjak kau pergi , bibir ini seolah enggan tersenyum.”
u“Noella sayang, kau mulai menangis lagi. Tapi anggap saja ini tangisan terakhirmu untukku. Setelah itu kamu bisa tersenyum dan tertawa lagi. Seperti dulu. Apa yang membebani dirimu?”
“Aku jatuh cinta, Do.”
Aldo tertawa.
“Kenapa kamu tertawa? Memangnya ada yang lucu? Aku jatuh cinta lagi. Dengan cowok lain. Kulihat dia pertama kali dari terminal kedatangan. Ia seolah – olah dijatuhkan begitu saja dihadapanku, aku ingat hari itu hari ulang tahunku. Aku heran mengapa bukan kamu yang datang, tapi cowok yang satu ini.”
Percakapan itu tiba-tiba disela pengumuman pesawat Malasyia Air yang baru saja mendarat. Aldo menggenggam jemari Noella erat, sebuah ciuman lembut mendarat dipipinya yang mulus. Noella memejamkan matanya meresapi perasaannya yang membuncah, perasaan campur aduk, sedih bahagia menjadi satu.
“Pergilah, temui dia.” Bisik Aldo. Senyum lebarnya menenangkan, Noella memeluk erat cowok itu seakan-akan ia tak akan bertemu dengannya lagi. Tergesa Noella berlari kecil keluar dari La Moda, nyaris ia menubruk seorang waiter.
“Ma…Maaf , Mbak.” Ucapnya cepat. Waiter itu mengernyitkan dahinya, namun beberapa saat kemudian Waiter itu seperti mengenalinya sembari bergumam, “Kasihan.” Seorang rekan waiter lainnya menanyakan maksud gumamannya, Waiter itu berucap,”Itu kan gadis aneh yang suka duduk dimeja no 7, percaya ngga sih, aku sering memergokinya bicara sendiri!”
ooo
Abey turun dari escalator ke terminal kedatangan, Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia juga heran, bisa-bisanya ia mengenakan kemeja rapi walaupun masih berjins ria. Sekotak coklat dan boneka beruang berwarna pink tak lupa dibawanya. Abey membetulkan letak kaca matanya. Ia tak sadar ia mengulangi gerakan itu untuk kesepuluh kalinya.
Abey tak perduli, pokoknya hari ini ia harus balik ke Indonesia, . Mungkin ini yang dinamakan terserang virus cinta, membuat hatinya berubah warna menjadi pink. Seraut wajah manis terbayang-bayang dibenaknya. Wajah Noella. Gadis itu ditemukannya sedang duduk sendiri di La Moda. Di Café Bandara, menunggu seseorang, namun orang yang dinantinya tak datang, ia memberanikan diri berkenalan dengannya. Pertama-tama gadis itu seolah membatasi diri, lama-lama mereka bisa bercakap-cakap lebih panjang, dilanjutkan dengan telpon-telponan dan kunjungan Abey ke rumahnya. Hanya sebatas itu karena Abey harus balik ke Malaysia melajutkan studinya. Anehnya, saat mereka berjauhan Abey diserang rasa rindu pada Noella. Pada senyumnya, cara bicaranya, kemanjaannya. Abey bisa menghabiskan waktu berjam-jam menilponnya dari Malaysia.
Sampai suatu ketika Abey keceplosan,”Kamu udah punya pacar belum?” Tanya Abey iseng setengah bercanda.
Noella lama terdiam. Beberapa saat kemudian terdengar isak tangisnya yang makin lama makin kencang. Abey terkejut setengah mati dengan tanggapan Noella yang dianggapnya berlebihan.
“Ma…maaf…kalau omongan aku membuatmu sedih.” Ralat Abey.
“A…aku ngga bisa ngomong sekarang, maafkan aku…”erang Noella ditengah isaknya.
Hati Abey bertanya-tanya mengapa Noella jadi begitu bersedih dengan pertanyaan isengnya itu. Abey sendiri tidak yakin, apakah ia sanggup menghadapiii kenyataan kalo Noella sudah memiliki kekasih. Siapa yang tahu kalau tidak dicoba, toh seandainya kenyataan buruk yang harus ia hadapi, ia bisa langsung balik ke Malaysia dan menenggelamkan dirinya untuk studinya. Hari ini , ia akan menumpahkan segenap rasa yang ada dihatinya untuk Noella.
Noella!” seru Abey pada seorang gadis berkardigan baby pink ditengah kerumunan orang di terminal kedatangan.
“Abey!”
“Buatmu.”
Abey menyerahkan kotak coklat dan boneka beruang ditangannya pada Noella.
“Abey!...te..t erima kasih.”
Noella tersentak, Abey meraih kedua jemarinya dan berucap,”Noella, sejak mengenalmu, rasanya tak ada hari tanpa memikirkanmu. Walau baru beberapa kali kita bertemu, tapi rasanya aku mengenalmu sudah bertahun-tahun. Akankah ada ruang dihatimu untukku? would you be my lover? ”pintanya seraya menatap langsung ke sepasang manik mata Noella.
Tubuh Noella berguncang hebat, tak sanggup rasanya ia berdiri di atas kedua kakinya. Tak sanggup rasanya ia menatap wajah cowok itu. Begitu jauh jarak yang ditempuhnya hanya untuk menyatakan cinta
“Noella, tataplah mataku tidakkah kau lihat kesungguhan disana?”
Noella mengangkat kepalanya perlahan. Perasaan haru biru datang lagi menderanya. Mengapa Aldo yang selalu dekat dengannya terasa begitu jauh? Mengapa cowok ini Abey, terasa begitu dekat, begitu nyata, bahkan dapat ia sentuh. Apakah itu artinya Aldo telah mengikhlaskannya? Ataukah ia telah membiarkan hatinya disentuh hangatnya asmara kembali setelah Aldo pergi?
“Jangan ingkari hatimu Noella,” jerit batin Noella ,”Aldo telah pergi dan ia tak kan kembali. Ia pergi setahun yang lalu ke Makasar, dimana kedua orang tuanya tinggal. Aldo tidak pernah sampai ataupun kembali menjumpaimu. Karena pesawat yang ditumpangii nya jatuh diatas Samudra tepat di hari jadian mereka, bahkan jasadnyapun tak pernah kau lihat lagi.”
“Abey,” Noella menenggelamkan kepalanya ke dada Abey dengan suara parau ia berucap, “I will, “ Air mata mengalir deras di kedua belah matanya. Abey mengusap lembut rambut Noella terbata-bata ia berkata,”I love…you. I love you…”
Waktu seolah terhenti. Udara dipenuhi gelombang-gelombang amor berwarna pink, hanya Noella dan Abey dapat meghirupnya.
Waiter-waiter La Moda Café merubung kaca besar dekat terminal kedatangan. Suara-suara mereka bersahut-sahutan.
“Ooo…itu tho cowok yang di tunggu gadis aneh itu..”
“Ganteng banget, Chace Crawford versi Indonesia. Pantes saja gadis itu sampai tergila-gila.”
“Tapi ngga sampai duduk berjam-jam disini trus ngomong sendiri kali…”
“Gimana dooong, orang rindu beraaat….he….he”
Ooo
Noella dan Abey berjalan bergandengan keluar menuju lapangan parkir. Langkah Noella terasa ringan. Sesaat mueliwati La MOda Café, sekelebatan Noella melihat bayangan Aldo melambai dan tersenyum padanya. Dibandara ini cinta Noella pergi, di Bandara ini pula cinta hadir kembali . Bandara cinta.
Tamat

mellow abis!!!

Jeff Buckley - Last Goodbye [Grace (1994)]

This is our last goodbye
I hate to feel the love between us die
But it's over
Just hear this and then i'll go
You gave me more to live for
More than you'll ever know

This is our last embrace
Must I dr...eam and always see your face
Why can't we overcome this wall
Well, maybe it's just because i didn't know you at all

Kiss me, please kiss me
But kiss me out of desire, babe, and not consolation
You know it makes me so angry 'cause i know that in time
I'll only make you cry, this is our last goodbye

Did you say 'no, this can't happen to me,'
And did you rush to the phone to call
Was there a voice unkind in the back of your mind
Saying maybe you didn't know him at all
You didn't know him at all, oh, you didn't know

Sabtu, 10 Oktober 2009

partner-in-vain: Daster Party

partner-in-vain: Daster Party

Daster Party

Lebaran kemarin aku sekeluarga nginap di rumah mama. Sementara anak2 dan para hubbies sudah pada terbuai ke alam mimpi, aku dan adikku menyelinap ke ruang keluarga, seperti biasa kami lakukan dulu. Kita menggelar "Daster Party", adaptasi dari "Pajamas Party", berhubung kita orang Indonesia yang kalo tidur biasa berdaster batik ria jadilah kita namakan "Daster Party".
Bermodal stok camilan yang masih banyak, kan masih lebaran, cake, coke, permen, coklat, tentu saja gadget kesayangan kita latop dan modemnya. Sambil online kita ngobrol. Ngobrolin apa saja dari masa lalu, masa sekarang, hingga masa yang akan datang. Dari yang penting hingga yang ngga penting.Cela-celaan, ledek-ledekkan, maklum kita sama-sama jadul dan freaky...he...he..Downloading lagu-lagu, pengennya sih lagu-lagu yang lagi in sekarang ini kayak lagu Taylor Swift, King of the leon, Miley Cyrus,Ungu, peterpan, ecoutez, tapi balik-baliknya...tetep lagu Yana Julio Selamanya cinta! Untung ngga lagu Obbie Mesakh, kisah kasih di SMA...hi..hi..lot's of food, lot's of laugh, precious time! Walau rumah kita berdekatan, karena waktu dan kegiatan kita masing-masing sebagai istri, ibu, dan wanita pekerja membuat moment seperti ini jadi langka dan sangat berharga. Aku hanya punya satu, kita berdua sama-sama perempuan, usia kita cuma beda dua tahun, sejak kecil kita sudah jadi sahabat, dia tidak hanya adik bagiku, dia adalah soulmateku. Rasanya tak pernah cukup waktu untuk bicara, karena seperti channel radio kita satu gelombang, tune in satu sama lainnya, walau kadang bunyi yang keluar lagu bahagia, kadang berganti lagu sedih, kadang lagu rock, kadang lagu mellow and blues, kadang dangdut, kadang qasidahan, shalawatan, ceramah agama, berita, iklan, infomasi harga sembako, sandiwara radio...ha...ha...kadang ada tambahan bunyi kresek-kresek, tatitutnya, namun gelombang itu tetap terhubung karena kita tidak tergantung colokan listrik atau satelit, kita terhubung oleh telepati. Sista, have I ever told you before? Nah? Now let me shout loudly, I LOVE YOU, SISTA!!!

Kamis, 08 Oktober 2009

Musuhan sama kunci

Me versus the keys! Oh No...aku selalu bermasalah dengan kunci.Bentuknya yang imut atau memang aku pelupa, tapi selalu ada saja masalah dengan kunci. Setiap pagi aku selalu nyari-nyari kunci disekeliling rumahku yang mungil. Bagaimana mungkin sih di rumahku yang beberapa jengkal itu kunci bisa manisnya main petak umpet denganku,betul-betul bikin frustasi. Apalagi kalau aku lagi buru-buru, si kunci biasanya selalu bikin gara-gara, terutama kunci motor padahal sudah diganduli gantungan kunci segede bagong plus kincringannya yang seperti penari giring-giring, tetap saja (kalo diibaratkan manusia) ngga kelihatan batang idungnya. Maunya cepet jadi lelet.kadang2 nemunya (setelah beristigfar)ditempat yang tidak disangka-sangka, dibawah karpet, di bawah ranjang, dimobil-mobilan si kakak, di atas kulkas, diatas bak toilet, bahkan pernah didalam saku celana, kecuci, dijemur. Yang paling aneh kunci motor itu pernah ketemu didalam kotak teh sariwangi? Beberapa waktu yang lalu, saat ingin jalan-jalan ke mal dengan si kaka, baru saja masuk mal si kaka pengen pipis, di WC umum baru sadar kunci motor ngga ada, dicari diseluruh penjuru tas, disaku, ngga ada. Pucet deh! Bukannya mau jalan-jalan, kita berdua menyusur jejak seperti anak pramuka, bukannya di hutan di mal! Nyerah, lapor ke informasi, ngga ada yang nemu, akhirnya dengan sangat terpaksa nelpon ke rumah minta diambilkan kunci serep dan siap-siap kena omel :D Tak berapa lama, penyelamatku datang, mama dengan kunci serep, tapi siap-siap telinga serep deh...he...he....Mom, kau memang ibu peri yang baik hati.Dan beberapa hari yang lalu si kunci motor yang tinggal satu-satunya mulai berulah lagi. Sewaktu mengisi bensin dipinggir jalan, setelah selesai isi bensin, kunci di jok belakang aku ambil entah apa sebabnya si kunci akrobat...melompat dari jariku...ting...ting...masuk disela-sela kayu yang menutupi got. Untung saja tukang kunci serep tidak terlalu jauh dari accident itu, setelah berusaha mengubek-ubek got, aksi dorong motorpun berlanjut. Cukup untuk kunci motor, kunci kamar yang mulai bertingkah. Dua anakku rebutan kamar, aku yang lagi sibuk melerai mereka berdua dengan mengunci kamar yang diributkan. Niat hati ingin menaruh kunci itu dilubang angin diatas pintu kamar, entah emosi atau terlalu bersemangat, kuncinya meliwati lubang angin dan jatuh dengan mulusnya ke dalam kamar. Kamar terkunci dengan kunci didalamnya. Sesuatu yang sangat membingungkan memang. Kuintip ternyata kuncinya jatuh tidak terlalu jauh dengan pintu, bermodal pengetahuan dari buku lima sekawan dan pasukan mau tau bermodal kawat dan koran akhirnya aku berhasil mendorong kunci itu kebawah pintu, kunci dapat aku raih, tapi stuck, lantaran gantungan kuncinya kegedeean. lagi-lagi berkeringat memotong kawat gantungan kunci dengan tang,akhirnya itu kunci berhasil kuraih, aku dan kedua anakku berjoget dan bernyanyi ala dora dan boot...berhasil...berhasil...
Yang paling serius, saat suatu malam sepasang tangan tak diundang mencongkel jendela rumahku yang tempatnya persis disebelah pintu rumahku, tangan jahil itu berhasil merayap masuk kedalam dan mengambil kunci rumah yang biasanya kutaruh dilubang kunci. Dengan kunci ditangan dengan leluasa ia masuk ke dalam rumahku subuh itu dan berhasil menggondol dua hp kami di dalam kamar. salah satu hpnya adalah hpku yang baru dibeli dua hari yang lalu, hebatnya tak ada satupun orang rumah yang mendengar atau melihat aksinya kecuali Icha anakku yang waktu itu baru 8 bulan dan sedang sakit.
Dirunut-runut permusuhanku dengan kunci dimulai saat aku masih kanak-kanak. Waktu rumahku masih di Gang KPN, aku suka mengajak teman-tean masa kecilku main ke kamarku, tidak hanya satu anak, bisa 5 hingga 10 anak. Aku kunci kamar biar kita bisa bebas bermain. Taunya pas teman-temanku mau pulang, pintu tidak bisa aku buka, macet...gimana ini. Mana teman-temanku yang lebih kecil sudah pada nangis-nangis dan pada treak mama....mama....seperti biasa mamaku jadi wonderwomen, dengan sebuah tangga, mma mengambil anak-anak satu persatu keluar dari kamar terkunci itu.
Kuharap permusuhanku dengan kunci sudah berakhir dan kita bisa bersahabat baik, tentunya aku harus berubah lebih disiplin menaruh apa saja teruatama kunci dan berhati-hati dengan kunci ruang tamu, karena sekarang tamu tidak diundang tidak lagi menggunakan teknik kuno, bukan lagi liwat jendela pintu utamapun bisa dibongkar.Kunci-kunciku sayang kamu juga jangan nakal lagi yaa...

Minggu, 04 Oktober 2009

Cerpen Romansa di Tebing Pelangi by Misfah khairina

Meira meluncur menuruni Tebing Pelangi yang terjal. Kadang ia meliuk dengan anggunnya menghindari bebatuan. Rambutnya yang dicat brunet riap-riap disela helm penutup kepalanya. Sepeda gunungnya menari dengan indah hingga kedua rodanya mendarat dengan sempurna diatas lembutnya pasir Pantai Bidadari. Beberapa anak singkong seru menyalaminya.
“Hai! Halo teman-teman!” Meira menyapa segerombolan cowok-owok yang sengaja datang dari kota naik jeep.
“Sorry, Ra! Aku ngga bilang-bilang pengen liat kamu latihan.” Ujar salah seorang dari mereka yang bernama Gery spontan memeluk Meira, diciumnya kedua belah pipi Meira.
“Thanks ya!” kata Meira manja. Sesekali bibir mungilnya berbisik ditelinga Gery seraya tertawa geli.
“Ini tho teman-temanmu? Udah pada makan belum?” Meira berbasa-basi.
“Sebenarnya kita lapar, tapi kita harus balik setengah jam lagi. Biasa syuting.” Sahut salah seorang teman-teman Gery.
“Kamu pulang ikut kami atau gimana?” Tanya Gery lagi.
“Meira, Mas Ito bilang kamu harus mengulang latihan dua kali lagi.” Sebuahsuara seolah menjawab pertanyaan Gery. Bukan dari mulut Meira. Elgar? Meira menggeleng kesal. Seniornya itu mengacau lagi.
“Aku tahu, kok! Ngga usah pake dibilangin segala.” Desisnya.
“Sorry Ger, teman-teman. Aku masih latihan. Sorean aku balik.”
“Kalau gitu ntar malam, aku jemput yaa, ketempat biasa..” Gery mengerdipkan sebelah matanya.
“Daagg!”
Lambai Meira hampa. Cowok-cowok itupun melompat ke dalam jeep yang s edari tadi menunggu mereka. Asap tebalpun mengotori udara pantai yang masih bersih.
Meira mengangkat sepeda gunungnya ke atas bahunya. Tergesa ia berjalan mendului Elgar menaiki Tebing Pelangi. Ia tahu Elgar akan menyusulnya dengan segala kata-katanya yang sudah basi.
“Kamu harus focus, Ra. Kejuaraan dunia di Austali sudah sangat dekat. Kamu memang juara nasional. Tapi di Australi kamu bukan siapa-siapa.”
Meira menghentikan langkahnya. Ia berbalik dengan tatapan tajam, sekujur tubuhnya terasa makin pegal mendengar khotbah Elgar.
“Tahu ngga, omongan Kak Elgar ditelinga Meira seperti omongan nenek-nenek yang kurang kerjaan. Meira tahu, Meira atlet debutan. Tidak seperti Kak Elgar yang sudah memenangkan berpuluh-puluh kejuaraan dalam maupun luar negeri. Tapi tak bisakah Meira menikmati sedikit waktu luang Meira untuk bersenang-senang?”
Elgar terdiam mendengar sumpah serapah dari bibir mungil itu. Tak biasanya Meira begitu garang menghadapinya. Biasanya, paling-paling ia tergelak jahil seraya merayunya dengan kemanjaan gadis 17 tahun. Apakah ini karena Gery, bintang sinetron itu? Cowok itu telah merubah Meira seketika. Sebelum Elgar kembali berkata-kata. Meira menduluinya.
“Perlu Kak Elgar tahu. Kak Elgar telah mempermalukan Meira di depan Gery dan teman-temannya, Sadar ngga apa yang telah kakak lakukan?”
“Aku hanya mengingatkan.”
“Sudahlah! Aku mau latihan. Aku malas ngomong sama Kak Elgar lagi.”
Meira menuruni tebing lebih dahulu, menyisakan sesak di dada Elgar. Ia menyusul Meira belakangan. Perlahan. Setiap batu-batu meghalangi roda-roda sepeda gunungya mengguncang tubuhnya. Terasa ngilu, hingga ke ulu hatinya. Mati-matian ia meyakinkan Mas Ito untuk mengikutkan Meira ke kejuaraan di Australi. Meira membalasnya dengan menyepelekan program latihan. Malah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan pemain sinetron itu.
Ooo
Perlahan Meira menghirup Fruit Punchnya. Malam kian larut dan dingin. Rasa capeknya hilang seketika saat ia bersama Gery. Ia bisa tertawa lagi. Apalgi keriangan Retro Club menulari setiap pengunjungnya.
Meira mengenakan Jeans hipster dipadukan blus halter berwarna biru turquish dengan frill yang manis menghiasi pinggangnya yang ramping. Tak ada lagi Meira si atlet sepeda gunung dengan baju sportnya,berpeluh dan berdebu. Apalagi malam itu Meira tak segan bereksperimen dengan lipstick dan eye shadow yang baru dibelinya. Siapapun yang melihatnya malam itu sadar atau tidak dibuat kagum akan kecantikannya.
Gery menggenggam tangannya. Menatap Meira dengan mata indahnya yang dalam.
“Tahu ngga, Cowok-cowok disini pada menoleh ke kamu. Daripada keduluan, mending aku yang bilang. Aku sayang kamu Meira.”
“Benar nih, ini bukan teks naskah sinetron yang bakal kamu peranin.” Goda Meira tak percaya.
“Nasib jadi pemain sinetron. Aku serius dibilang acting.” Sungut Gery.
“Benar kamu sayang aku?”
Gery tidak menyahut. Ia menyorongkan wajahnya ingin mecium Meira. Saat itu juga beberapa lampu kamera wartawan infotainment menyorot wajah mereka. Meira jengah. Gery langsung jaga imej. Beberapa pertanyaan langsung meluncur dari mulut kuli tinta itu.
“Pacar baru nih, Ger? Kenalin kita dong?”
“Kenalnya dimana?”
“Rasa-rasanya aku kenal pacar barumu. Atlet ya, atlet sepeda gunung?”
“Meira!”
Gery menarik tangan Meira mejauh dari kerumunan itu. Gery berusaha melindungi Meira dari berondongan pertanyaan. Tapi ia tidak berdaya. Setelah main kucing-kucingan, mereka akhirnya berhasil keluar dari kepungan wartawan. Gery memohon pada Meira dengan wajah penuh penyesalan.
“Maafin aku yaa,Mei! Beginilah kehidupanku. Mau tak mau kamu jadi keikut juga. Kamu maukan memaafkan aku atas ketidak nyamaan ini.”
Meira mengangguk pasrah. Walau hatinya jengkel, tapi ada sedikit kegembiraan di wajahnya. Besok public akan tahu, ialah cewek yang dekat dengan Gery. Pemain sinetron ganteng yang digilai cewek-cewek seluruh Indonesia.
Ooo
“Mabuk popularitas!” gumam Elgar,”Nih, kau lihat semua tabloid infotainment memuat foto kamu dan Gery.” Suara nya terdengar ketus.
Meira tak heran dengan sambutan Elgar atas pemberitaan tentang dirinya dan Gery. Malam sepulangnya dari Retro, Gery mengantar Meira pulang. Meira mendapati wajah kaku Elgar di depan pintu asrama. Seperti satpam, Elgar menyindirnya,”Tak baik atlet pulag larut malam.”
Elgar menyemai benih-benih kebencian dihatinya. Apa yang salah dengan pemberitaan itu. Toh, dia bukan seorang koruptor atau perebut istri orang. Bukankah seharusnya ia bangga diberitakan dekat degan Gery. Siapa sih yang menolak dekat dengan bintang sinetron yang sedang naik daun itu. Meira memandangi photo-photo dirinya yang dimuat di berbagai media massa.
“Pasangan serasi”, Meira tersenyum simpul seraya mendelik pada Elgar disebelahnya. Cowok itu membuang muka. Elgar tak sanggup menatap photo-photo mesra itu. Darahnya menggelegak. Perih untuk dijelaskan.
“Kejuaraan di Australi tinggal sebulan lagi. Dengan persiapan minim seperti ini aku pesimis kamu akan memenangkan kejuaraan itu. “ Elgar kembali memperingatkan,”Kami semua berlatih keras. Kamu hampir setiap malam dugem. Atlet macam apa kamu.”
“Kak Elgar, dengar! Meira masih muda. Kadang Meira bosan dengan jadwal latihan yang seolah tiada habisnya. Meira masih 17 tahun. Meira ingin menikmati indahnya masa remaja, Kak. Tak bisakah Kak Elgar bahagia dengan kebahagiaan Meira.”
“Bagaimana aku bahagia, kalau Meira yang dulu kukenal telah berubah. Ingat Meira, kamu itu atlet berbakat. Please jangan hancurin karirmu hanya karena masalah beginian.”Masalah? Masalah apa? Siapa yang hancurin karirku?”
“Tapi Gery….”
“Kenapa Gery?”
Hp Meira berdering, suara Meira berubah riang saat mendengar suara yang menilponnya.
“Gery, kamu baik banget, sempat-sempatin kemari.! Aku masih di pantai Bidadari, sebentar lagi sunset lho”
Gery! Rahang Elgar menggemertak. Elgar merasakan nyeri, marah dan kuatir jadi satu. Perlahan ia beringsut mendaki Tebing Pelangi hingga puncaknya . Ditengah kesendiriannya, Elgar menatap nanar sepsang kekasih yang sedang bermesraan di Pantai Biadadari. Lngkung pelangi di atas kepalanya tak dapat ia resapi keindahannya. Sepi dan getir menyelimuti tubuhnya yang dingin oleh derasnya angin lautan.
Ooo
Wajah Meira sumringah, setelah berbulan-bulan di asrama pemusatan latihan , akhirnya ia dapat pulang ke rumah dua hari. Kedua orang tuanya menyambutnya hangat. Makanan kesukaannya terhidang di atas meja. Bercengkrama ria dengan keluarga seperti waktu ia kecil dulu. Meira agak sdikit lega , ia terbebas dari Elgar untuk dua hari, walau ada yang sedikit mengganjal. Ia juga jauh dari Gery. Ia rindu cowok trendy itu. Sedang apa dia disana. Tangan Meira tak lepas dari Hp. Setiap setiap waktu ia ingin berbicara dengan Gery. Namun kerinduannya ternoda saat ia membuka TV sore hari, sebuah berita infotainment mengejutkannya. Gery dengan seorang wanita cantik pemain sinetron pendatang baru.
“Gery terlibat cinta lokasi.” Narasi berita itu.
Gery tertawa-tawa,”Cinlok? Masak sih?”
Cewek, pemain sinetron itupun menimpali.
“Ngga tahu deh, kita liat kedepannya aja.”
Merekapun bergaya mesra di depan kamera.
Malamnya Meira tidak bisa tidur. Ia pulang ke asrama lebih cepat. Dikontaknya Gery untuk ketemuan.
“Emang benar berita itu,Ger?”
Meira meminta konfirmasi. Lagi-lagi Gery tertawa sambil mengendikkan bahu,”Kala u benar kenapa, kalau ngga kenapa?” katanya santai.
“Aku sama Meira tuh deket tapi ngga pacaran. Aku emang dekat sama semua orang , tapi bukan berarti pacaran kan?”
Meira merobek-robek tabloit itu hingga menjadi serpihan kecil. Jadi selama ini? Meira malu. Malu dengan kege-erannya. Apalagi berkali-kali wartawan-wartawan gossip itu mengejar-ngejarnya, mengorek-ngorek lukahatinya. Gery dengan wajah tak berdosanya memamerkan cewek barunya di layar kaca. Cewek cantik sesama pemain sinetron.
“Ini cewek aku yang bener. Yang lain-lain itu gossip.” Tukasnya menyakitkan.
Meira menggenggam stang sepedanya kuat-kuat. Ternyata ia hanya membuang waktunya yang berharga untuk suatu hubungan yang tidak jelas.
Meira meluncur deras menuruni tebing. Dengan kecepatan seperti itu.Ia bisa meliwati rekor tercepatnya. Gery sialan! Kutuknya. Meira lengah sepersekian detik u roda depannya terantuk batu yang tidak begitu besar. Meira dan sepedanya oleng, jatuh terjungkal. Meira terguling-guling di lereng yang curam. Lamat-lamat Sunset ke emasan tertangkap retina matanya sebelum gelap menyergapnya.
Ooo
Meira terbangun di sebuah kamar rumah sakit. Kepalanya pening, sekujur tubuhnya terasa sulit digerakkan. Apalagi tangan kirinnya, Arrrggghhh!
“Jangan banyak bergerak dulu. Tangan kirimu patah. Asal kamu patuh sama nasihat dokter, ngga lama pulih kok.” Hibur ibu.
“Kamu dua hari tidak sadar. Geger otak ringan. Syukurlah kamu selamat.” Tambah Bapak.
Meira menebarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ada bunga dan kartu ucapan.
“Bunga ini dari Elgar. Ia yang menghubungi kami waktu terjatuh. Kata Ito, Elgar juga yang pertama kali yang menolongmu.” Cerita Bapak.
“Selama kamu tidak sadar, Elgar setiap hari menunggui kamu. Wajahnya sedih sekali.” Tambah Ibu.
“Dimana Elgar sekarang Bu?” Meira tergeragap.
“Elgar sekarang sedang bertanding di Australi.”
Meira terdiam, perlahan bulir-bulir air matanya mengalir tanpa sanggup ia hentikan. Penyesalan dan kesedihan menggumpal di dadanya. Sesal ia gagal bertanding di kancah internasional, sedih karena orang yang pantasnya mendapat terima kasih darinya berada nun jauh di Australi sana.
Ooo
Elgar memutar pedal sepeda gunungnya kuat-kuat. Sesekali ia berteriak saat dapat meliwati medan yang sulit. Ia merasa bersemangat. Latihannya kali ini tak terasa melelahkan. Masih terngiang ditelinganya percakapan telepon jarak jauhanya dengan Meira , sewaktu ia bertanding di Australi.
“Selamat ya atas peraknya. Kamu atlet sepeda gunung terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.”
“Meira….!!!” Elgar terbangun ia tak yakin akan kesadarannya. Mungkin dia bermimpi.
“Masih mimpi? Aku ada ngga dimimpi itu”
“Kamu …yang seharusnya memenangkan kejuaraan ini.”
“Sudahlah, walaupun aku tidak memenangkan kejuaraan disitu, tapi..kamu telah memenangkan hatiku…”
“Apa…apa…telingaku agak berdenging…nih! Baru bangun tidur..sih!”
“Udah deh, pemenangnya didiskualifikasi aja…”
“Meira, tunggu…A…a..aku sayang kamu…”
“Hah! “
“Aku bisa memenangkan kejuaraan dimana saja, tapi memenangkan hatimu adalah sesuatu yang terindah dalam hidupku.”
“Kak…aku juga sayang Kak Elgar.
“Sorry ya aku duluarn!” Meira mengejutkannya.
“Meira, awas kamu ya! Aku susul balik!”
Meira meluncur lebih cepat. Tubuh mungilnya terguncang-guncang. Disebuah tikungan Elgar kembali dapat mengejar nya.
“Ayo…ayo….kayuh yang cepat, lelet!” ejek Elgar, ia dapat mengambil alih di depan. Beberapa meter lagi dari Pantai Bidadari Meira berhasil menyusul. Stang sepeda mereka berbenturan. Meira sampai dengan mulus di Pasir Pantai Bidadari, Sial bagi Elgar, tak dinyana ia tak bisa menguasai keseimbangan sepedanya. Ia ambrug bersama-sama dengan sepedanya.
“Kak Elgar!” jerit Meira. Tubuh cowok itu tergeletak diatas pasir, tak bergerak. Matanya terpejam.
“Ya Tuhan! Kak Elgar bangun.” Suara Meira terdengar panic, “Kak bangun, Kak.” Meira nyaris menangis.
“Kena Wekkk!” kejut Elgar bangkit dengan tawa khasnya.
“Sialan Kak Elgar jelek! Kak Elgar jahat!” Meira memukul dada Elgar sebal. Elgar menangkap tangan Meira. Mereka bersitatap dalam diam. Lengkung Pelangi memayungi mereka. Senja terasa begitu indah saat itu.
Tamat