Rabu, 25 Mei 2011

KADO UNTUK GURU

Setiap kali perpisahan di sekolah, selalu ada acara penyerahan kenang-kenangan untuk guru yang besarnya menurut rapat panitia perpisahan yang terdiri dari murid, guru, orang tua murid dan anggota komite sekolah. Kenang-kenangan itu kadang berupa baju seragam buat guru-guru atau benda-benda yang berguna.Sedihnya kadang-kadang kita mendengar murid atau orang tua murid yang mengeluhkan hal itu.

Bahkan ada sekolah yang diadukan murid/orang tua murid kedinas pendidikan atau mengirim surat pembaca di koran gara-gara hal ini. Mungkin ini terjadi karena tidak ada komunikasi yang baik antara guru dan siswa atau barangkali saat rapat orang tua murid itu tidak ada, giliran disuruh sumbangan malah protes, padahal ditempat rapat itulah kalau merasa keberatan atau tidak mampu, jikalau semua murid atau orang tua muridpun keberatan dan kenang-kenangan itu ditiadakan, toh guru-guru tidak merasa rugi apa-apa. Toh kami sebagai guru kan bekerja untuk mengajar dan mendidik murid bukan berharap kenang-kenangan dari murid. Karena sebaik-baiknya hadiah murid pada gurunya bukan uang atau benda tapi kesuksesan murid itu senidri.

Kadang aku begitu nelangsa, masak gara-gara kenang-kenangan sebuah baju itu murid-murid itu tega melaporkan guru-gurunya, padahal ilmu yang diberikan tak sebanding dengan sebuah baju yang mereka berikan. Begitu miskinnyakah seorang guru hanya untuk memiliki baju seragam saja mengharap pemberian murid-muridnya? Tiga tahun sekolah hanya diakhir pendidikan memberikan sedikit welas asih pada guru-guru yang sudah bersusah payah mendidik mereka? Sepadankah dikeluhkan?

Tapi aku yakin murid-muridku tidak ada yang seperti itu. Apapun pemberian mereka asal tulus ikhlas aku terima walaupun itu hanya senyuman. Kadang terbit rasa haruku, muridku yang termasuk orang yang tak mampu namun begitu santun dan penolong pada gurunya, walaupun ia tidak pernah memberikan apa-apa tapi ciuman tangannya, menolongku membawakan buku-buku paket yang berat, menghapuskan papan tulis, membelikan makan siangku membuatku terenyuh dan kontan berdo'a semoga mereka diberi masa depan yang cerah di masa yang akan datang dan hidupnya dilapangkan.

Selasa, 24 Mei 2011

Perpisahan di Mandiangin

Menurut kesepakatan guru dan murid, perpisahan kelas 9 tahun ini diadakan di Mandiangin. Sebuah tempat wisata alam, Hutan Taman Rakyat Sultan Adam nama resminya. Hari yang ditentukan Sabtu dengan menggunakan angkot pedesaan yang belakangnya semi terbuka itu, sementara guru-guru yang mendampingi berbagi menemani dua orang di masing-masing angkot.

jalan menuju Mandiangin

Bagi kami guru-guru acara perpisahan ini sekaligus refreshing melepaskan penat setelah bertegang ria di Ujian Nasional yang baru saja kami lalui. Aku tidak mengajak kedua anakku dan Bapaknya, karena si kakak sekolah ada test Bahasa Inggris lagi, tidak mungkin juga mengajak si Adik bakalan si kaka nangis bombay kenapa si adik diajak dia tidak biar adil tidak diajak kedua-duanya sedangkan misoa sedang kerja juga.
Bukit yang kami daki

Ke Mandiangin ini bukan yang pertama bagiku, karena waktu mahasiswa aku juga pernah kesini. Tapi sekarang beda, dulu diawasi dosen, sekarang mengawasi anak-anak...he...he...
Kita berkumpul dan berangkat di sekolah, aku terangkut kloter terakhir, namun perjalanan sangat seru menembus hutan lebat dan jalan-jalan sepi naik turun gunung. Anak-anak yang duduk di angkot depan, di awal-awal keberangkatan nampak ribut bersenda gurau, setelah lama-lama jalan mulai berkelok dan naik turun canda tawa itu lenyap entah kemana berganti dengan acara mabuk darat bareng, untung angkotnya semi terbuka gitu jadi tinggal jorokin kepala aja keluar, bila tidak kuat lagi menahan mual mengeluarkan isi perut.

Setelah setengah jam menempuh perjalanan kami tibalah ke Mandiangin walaupun jaraknyatidak terlalu jauh dari kota Banjarbaru, namun daerah sini masih asri dan berhutan lebat lengkap dengan bukit dan air terjunnya.
capek hiking stop dulu ah buat foto-foto

Kami mengadakan perpisahan dengan sederhana di tanah lapang. Setelah sambutan-sambutan dilanjutkan dengan pelepasan atribut sekolah dan pengalungan piagam sekolah yang dibelakangnya dicetak nama-nama semua guru. Acara ini cukup mengharukan diiringi lagu Syukur satu persatu anak kelas sembilan menyalami dewan guru, banyak diantaranya yang tidak dapat menahan haru hingga menangis. Acara pelepasan diakhiri dengan makan bersama.
acara perpisahan lesehan

Setelah acara resmi berakhir tibalah acara yang dinanti-nanti apalagi kalau bukan acara bebas. Anak-anak sudah mengganti baju seragamnya dengan baju bebas dan guru-gurunyapun tak mau kalah berombongan hiking mendaki bukit. Aku sudah siap dengan pakaian perang jins, baju katun, topi, dan ransel...he...he...berasa mahasiswa lagi. Lumayan pegel kaki naik keatas tapi karena yang naik banyak trus pada berumur semua terjadi banyak kelucuan. Sampai diair terjun nafas sudah ngos-ngosan tapi terbayar dengan melihat keindahan air terjun, sesi photosessionpun berlangsung riuh rendah ditambah dengan acara menghalau anak-anak yang nekad memanjat batu licin biar mendapat lokasi berfoto ria yang aduhai tanpa mengindahkan bahaya yang mengintai.ngos-ngosan hiking stop dulu ah foto-foto


aku di air terjun


photo-photo di puncak bukit

Salut dengan anak-anak pramuka yang juga ikut rombongan mereka tidak hanya ikut berekreasi tapi juga kerja bakti dengan membawa kantong plastik gede, mereka memungut sampah-sampah yang dibuang pengunjung nakal yang membuang sampah sembarangan dibukit dan air terjun. Disini juga banyak ditemukan anggrek-anggrek kalimantan yang mulai langka, beberapa diantaranya dibudidayakan, tapi ada saja tangan-tangan tak bertanggung jawab yang ingin memilikinya, padahal sudah dipasang plang gede-gede dilarang mengambil anggrek-anggrek itu.
Anak-anak pramuka yang hebat


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, padahal anak-anak masih ingin mandi disungai dan hiking tapi apa mau dikata kita tidak merencanakan acara menginap disitu, dan mengejar waktu pulang yang tepatbiar anak-anak pulang ke rumah tidak kemalaman. Sungguh acara yang berkesan baik bagi anak-anak maupun guru-gurunya. Tahun depan kemana lagi nih?

Kamis, 19 Mei 2011

Kebelet

Saat aku akan melaksanakan sholat Maghrib, sudah pake mukena dan sudah takbiratul Ikhram mau akan baca surah Al fatihah, tiba-tiba Icha nongol didepanku, "Maa.....Icha mau E'e." Kontan aku melepas mukena sambil bergumam dalam hati, "Maafkan aku ya Allah mendahulukan anakku dibandingkan Engkau.

Dengan tergopoh-gopoh aku membawa Icha ke dalam WC, sesampainya di WC, Icha lantas ngomong, "E'enya ngga jadi Mah." sambil ngeloyor pergi keluar WC.

Senin, 16 Mei 2011

GULALI JADUL

Icha lagi ngemut gulali

Masih ingat gulali yang dulu kita emut waktu SD, warnanya pink. Abang yang jualan biasanya bawa wajan kecil yang isinya gula yang sudah dijerang dan dikentalkan. Gulalinya dibentuk dengan tuangan kayu yang dikasih tepung terlebih dahulu biar tidak lengket. lantas dari dua tuangan kayu yang ditangkupkan dikasih sedikit lubang kecil yang dihubungkan dengan selang kecil buat si abang niup hingga gulali itu berbentuk seperti tuangannya. ada yang bentuknya burung, bunga, lolypop, hingga naga.
gulali berbentuk popsicle

Ada pula gulali yang bentuknya berserabut, abang yang jual bawa kaleng yang disekelilingnya dibikin berkantong tapi dari aluminium juga, kalo dipukul akan berbunyi, kalau si Abang keliling kampung akan terdengar melodi yang khas dari bunyi kaleng yang dipukulnya hingga kita pasti tahu Abang gulali liwat. Bentunya seperti rambut tapi agak tebalan dan kaku rasanya legit banget.

Yang terakhir ini tidak pernah kutemukan lagi. Gulali yang terbuat dari gula merah atau gula aren. ditaruh atas dua batang kayu trus ditarik-tarik, ada semacam keasyikan sendiri menari-narik gulali ini, sampai warnanya yang asalnya coklat tua jadi coklat muda lalu dibungkus di kertas didiamkan sampai mengeras rasanya jadi enak banget dan bikin ketagihan. Dulu habis disimpan dikertas aku simpan di dalam tas. Lupa makannya, bingung kenapa tas sekolahku penuh semut, ternyata eh ternyata gulali lupa dimakan.

Beberapa hari yang lalu aku jemput si kaka pulang sekolah. Girang banget ketemu Abang gulali. Belinya perlu usaha yang rada ekstra soalnya rebutan sama anak SD, ngelesnya beliin gulali buat anak padahal Mamanya yang doyan. Murah meriah seribu satu. Agak takut juga sih lihat warna gulalinya, takut pewarna berbahaya. Tapi sekali ini ngga papalah...obat kangen...he...he...pulang ke rumah bisa lagi menikmati pink gulali jadul yang aku sukai dulu. Rasanya benar-benar maniiiiis...Mau?

Kamis, 05 Mei 2011

Mandi Hujan





Waktu jemput Rizky pulang sekolah naik motor hujan turun dengan lebatnya, karena jaraknya menuju rumah sudah dekat dan aku malas pasang jas hujan, kami berduapun mandi hujan. Rizky berteriak-teriak kesenangan, soalnya moment seperti ini jarang terjadi biasanya mamanya paling ceweret bilangin jangan hujan-hujanan nanti sakit blah...blah....sebenarnya bukan Rizky saja sih yang senang. Aku juga senang banget. Sudah lupa rasanya mandi hujan. Sensasinya itu tetap sama. Luar Biasa!

Pikiranku langsung melayang ke masa kecilku. Wah, bagi aku hujan itu blessing and happiness. Aku kecil meloncat dengan girangnya ke jalan ditengah hujan deras. Berlarian sambil tertawa-tawa dengan teman masa kecilku. Merasakan sensasi air hujan membasahi baju, rambut, kulit, kadang sengaja menengadah dan mencicipi air hujan. Membiarkan tangan kecil kami yang terbuka merasakan gelitikan ribuan jarum air yang menetes dari angkasa. Di dekat rumahku ada semacam tanah kosong yang bila kena hujan tanahnya menjadi lumpur, kami bergulingan dilumpur, main lempar-lemparan tanah, prosotan tanah, membilas baju yang kotor tinggal berdiri dibawah pancuran rumah tetangga, sampai puas...kecuali panggilan mama sudah terdengar! Siap-siap diomeli...he..he...

Tapi dasar anak-anak. Sebenarnya aku juga dilarang mandi hujan apalagi hujan gerimis. Akunya saja yang bandel dan rasanya begitu tersiksa melihat anak-anak lain begitu bersuka ria mandi hujan. Pernah loh aku nangis bombay di depan jendela lantaran ngga dibolehin mandi hujan. Kalau mama lagi bekerja aku bisa sepuasnya mandi hujan tapi pas mama ada di rumah, aku menunggu mama tidur siang. Saat mama tidur lelap aku mengendap-endap dari pintu belakang dan menikmati nikmatnya mandi hujan. Tapi cara ini tak bisa lama-lama, sebelum mama bangun aku langsung pulang ke rumah mandi ganti pakaian kering, tidur dengan sukses, tapi itu menurut pikiran kanak-kanakku, saat terbangun mama akan menunjukkan baju basahku yang masih tergeletak di kamar mandi...bersiaplah kena omelan...namun aku bisa tersenyum dalam hati, tak apalah diomeli yang penting sudah mandi hujan daripada kayak kemaren diomelinnya iya....mandi hujan kagak...yang ada nangis wae...he...he...Wah, hujan nih cucian harus diangkat. Sorry ya teman-teman....aku mau ngangkat cucian dulu....sekalian...sekalian mandi hujan :)

picture courtesy of whereheartit