Senin, 16 Desember 2019

BERDARMAWISATA KE RIAM BEJANDIK

Sepulang dari ke undangan perkawinan sepupu di Kandangan kami lantas melanjutkan perjalanan 12 km menuju Berabai, tidaklah sulit menemukan tempat wisata ini, tapi perjalanan kesana lumayan jauh tapi jalan relatif mulus dan beraspal.


Seperti namanya Riam Bajandik ini wisata sungai, siap-siap baju ganti karena siapa tahu ingin mencwburkan diri ke air yang bening. Walaupun namanya riam, arusnya tidak terlalu deras, airnyapun tidak terlalu dalam. Mungkin karena kami kesana pas musim kemarau.


Disana sudah banyak tersedia warung makan dan pondok pondok sederhana dengan harga sewa Rp.20.000 untuk selonjoran kaki sambil menikmati es kelapa dan gorengan. Disana juga tersedia WC umum dan Mushola dan aksesoris buat selfie dan welfie seperti ayunan, payung-payung, dll.



Sebelum pulang kami menyewa rakit bambu yang muat untuk satu keluarga sewanya Rp.50000 sekali jalan.


Menyusur sungai yang tenang dan menikmati alam pedesaan yang masih asri sambil menghirup udara segar.Anakku bilang seperti menyusur sungai Amazon. Siapa tahu kalian belum ada rencana liburan ini bisa ke Riam Bajandik di Propinsi Kalimantan Selatan.




Selasa, 09 April 2019

RUMAH KECIL DI DALAM GANG


Kembali kesini seperti dejavu bagiku, masih terdengar langkah kecil kami berlarian di gang ini, tawa kami yang riang saat bermain petak umpet,galasin, kemah-kemahan, balebok, ular naga, main tali, mandi hujan saat hujan turun, episode terindah dalam hidupku masa kecil.

Terbayang wajah-wajah sahabat masa kecilku disana, begitu banyak cerita menyenangkan. Dulu tetanggaku mengeluarkan TVnya di beranda saat malam minggu, menggelar tikar anak-anak komplek duduk manis menonton Megaloman, Voltus V yg diputar dari pemutar video beta yang sebesar gaban zaman itu yang satu-satunya hanya dimiliki oleh tetanggaku itu, Bapak-bapak komplek mengobrol sambil menunggu air PAM yang hidup segan mati tak mau penuh diember-ember mereka buat anak-anak mandi besok pagi, ibu-ibu masak bareng yang dinikmati bareng-bareng sambil nobar, sungguh kemewahan pada masa itu, kebersamaan dan kehangatan warga-warga komplek yang beragam.

Wajah-wajah itu sudah berganti, tidak ada anak-anak bermain di halaman seperti dulu mungkin mereka sudah asyik dengan hp dikamarnya masing-masing.

Langkahku terhenti di rumah no 3 yang masih utuh, rumah bercat putih dan ungu. Rumah mungil sederhana terbuat dari kayu,rumah masa kecilku. Hatiku berdesir, perasaan sentimentil merasukiku. Aku tidak dilahirkan disana tapi seperempat kehidupanku kuhabiskan disana, begitu lekat dalam ingat setiap sudut,dinding-dinding kayunya, baunya, bunga-bunga dan pepohonan bahkan cahaya matahari yang jatuh di rumah itu menghangatkan hatiku. Ingin rasanya berada disana, mengenang semua kenangan manis yang terukir disana.

Ingatanku kembali saat aku TK, aku mengundang sahabat kecilku, kami bermain-main di kamarku saat mamaku pergi ke pasar, tak sengaja aku  mengunci pintunya, saat mamaku datang aku tidak bisa membuka pintunya lagi, kami jadi panik bahkan hampir menangis sampai dilakukan penyelamatan lewat tangga di jendela rumah hehe...sungguh pengalaman yang menegangkan.

Di salah satu kamarnya ini Ina remaja memajang poster-poster Kirk Cameron , New Kids on the block dan Bon Jovi, kadang menyanyi bareng Jon Bon Jovi yang diputar di radio atau mendengarkan suara Glenn Medeiros atau Nico Costa kalau lagi mellow...ah kenangan itu.

Semuanya telah berubah, penghuninya,catnya,hingga pohon-pohon dan bunga-bunganya, tapi cintaku pada rumah ini tidak pernah berubah.





Selasa, 19 Februari 2019

PARADE KUCING

Aku bukan orang yang telaten memelihara binatang piaraan, apalagi anakku alergi bulu walau begitu dia penyuka kucing garis keras. Biasanya dia liat video-video kucing di youtube tapi dia maunya asli, gimana dong?

Suatu hari ada kucing kampung main diberanda rumahku, dikasih makan sama, anakku, besoknya datang lagi kucing yang lain dikasih makan lagi, lama-lama kucing yang nongkrong dimuka rumahku makin banyak saja, dikasih nama lagi sama anakku.
                                                      Marimar

Warnanya abu-abu belang, mukanya cantik matanya besar coklat kemerah-merahan, namanya Marimar.

Ferguso, kucing jantan satu-satunya, badannya besar umurnya sudah lumayan banyak, suaranya berat dan ekornya itu loh pengkor, tapi Ferguso kucing yang tidak banyak tingkah, dia selalu menunggu di depan pintu.
Ferguso

Ada lagi Sabrina dan dua anaknya yang bermata biru, yang putih namanya Seraphina, yang kuning namanya Seryl, dulu Sabrina datang kerumahku dalam keadaan hamil sebenarnya Sabrina masih kucing remaja tapi kawin muda...hehe eh suatu hari Sabrina datang sama dua anaknya yang lucu-lucu itu, kami semua jatuh hati dan sayang mereka.
Sabrina dengan dua anaknya Seryl dan Seraphina

Seperti punya mainan baru, melihat kucing- kucing mungil yang lucu-lucu itu, melihat tingkah mereka mengurangi kelelahan kami sepulang sekolah dan kerja dan jadi hiburan tersendiri bagi keluarga kami.