Bagi beberapa orang kata "mertua" semacam menimbulkan "nightmare" dalam diri mereka, langsung terbayang ibu tiri Cinderella berwujud ibu dari suami. Aku bersyukur memiliki Ibu Mertua berwujud seperti Ibu Peri. Mama itu orangnya lembut, kalau berkata-kata pelan dan halus kadang beliau kalau menasihati dengan ungkapan-ungkapan. Suamiku bilang waktu dia kecil beliau juga bisa tegas apalagi kalau urusan agama.
Mama orangnya tulus dan penyayang, beliau juga tidak membeda-bedakan menantu yang satu dengan yang lainnya, beliau selalu menekankan kami para menantu dan anak-anaknya selalu rukun dan damai. Setiap kami mengunjunginya beliau selalu ingin menyenangkan kami, anak cucu dan menantunya, tak pernah sekalipun aku melihat beliau mengeluh apalagi marah-marah. Ma, aku masih jauh dari istri yang baik bagimu, dan aku masih jauh dari mertua yang baik bagimu. Aku berterima kasih pada mama yang takpernah lelah menerimaku, menyayangiku, membimbingku ke arah yang lebih baik. Maafkan aku mah, kalau aku ada kesalahan atau sesuatu yang tidak berkenan dihatimu , namun setiap ketika bertemu dan mengobrol dari hati ke hati begitu menyenangkan dan aku serasa mendapat siraman air kedamaian dalam hati dan pikiranku, yang pasti bersamamu aku bisa jadi diriku sendiri walau kita berada dizaman yang berbeda, kau bisa menerima pembawaanku yang "cuwawa'an" dan ngoboy inih :)
Pertama kali kita bertemu sebelum aku menikah dengan anakmu, sambutanmu yang hangat dan lembut membuatku jatuh hati. Kau salah satu alasan aku menerima anakmu menjadi suamiku. Dan aku tidak salah. Ma, kau tidak hanya ibu mertua bagiku, tapi ibu peri bagiku
Tulisan ini diposting dalam rangka #K3BKartinian, Posting serentak HariKartini.