Masih seputar Idhul adha. Aku terhenyak dengan berita begitu banyaknya Jemaah haji yang gagal berangkat ke tanah suci. Disaat hamba Allah yang lain sedang wukuf di Arafah, calon jemaah haji yang lain pulang ke daerah masing-masing dengan pandangan kuyu dan hati hampa gagal berangkat memenuhi panggilan Allah ke tanah suci. Padahal mereka telah membayar uang puluhan juta bahkan ada yang harus membayar dua kali lipatnya agar bisa berangkat tahun ini, tapi ternyata kesempatan itu belum mereka dapat. Bagaimana tidak mereka sudah selamatan? Sudah pamit dan mohon maaf pada semua tetangga dan handai tauland, bahkan semua orang tahu mereka akan berangkat? Bagaimana rasanya? Rasa malu, shock,sedih, putus asa, marah? Ada yang ditipu penyelenggara haji abal-abal yang hanya ingin menangguk keuntungan sebesar-besarnya setelah uang didapat mereka kabur! Ada yang ikut haji diluar jalur biasa atau biasa disebut haji turis yang menggunakan paspor hijau, ada juga yang coba-coba ikut haji non kuota.
Apa sih yang tidak dilakukan orang untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima itu ada yang jual sawah,jual ternak, menabung puluhan tahun, ngumpulin emas segram demi gram karena hukumnya wajib bagi yang mampu. Namun karena masalah kuota kita harus menunggu 10 tahun dulu baru bisa berangkat dari waktu mendaftar untuk haji biasa, walaupun uangnya sudah terkumpul sekitar di kurskan 30 jutaan. Ya kalau umur masih panjang, badan masih sehat dan kiamat belum keburu datang? Kitakan ngga tahu apa yang terjadi sepuluh tahun yang akan datang kan? Yang mampu tinggal pilih haji plus bisa berangkat lebih cepat yang ongkosnya memang plus juga minimal 65 juta rupiah untuk satu orang! Itupun ada yang gagal berangkat coba karena ditipu penyelenggara haji ngga bener yang hanya bermodal janji palsu!
Lha iya kalau kita orang kaya banget, gimana orang yang menyimpan uangnya puluhan tahun rupiah demi rupiah hingga usia lanjut setelah uang terkumpul tinggal berangkat ternyata dapat telpon gagal berangkat? uang yang dikumpulkan lenyap begitu saja...
Keprihatinanku yang lain saat menyaksikan nenek-nenek, mbah-mbah, anak-anak balita menangis dalam gendongan ibunya berjejalan, kejepit, hingga pingsan berebut daging kurban? Kenapa sampai terjadi lagi? Apakah kita tidak pernah belajar dengan peristiwa yang menyedihkan beberapa waktu lalu saat banyak wanita lanjut usia tewas terinjak-injak waktu berebut zakat fitrah? Sudah tahu orang-orang kita paling susah untuk antri sebaiknya dirubah aja pembagian daging kurbannya, didata setiap RT, mana saja penduduknya yang tidak mampu, daging kurbannya diantar ke rumah-rumah, bukannya orang-orang disuruh berjubel, berebut untuk mendapatkan daging kurban. Ditempatku begitu, kalaupun kita harus mengambil cuma dikasih bon trus kalo ngga bisa ngambil bisa titip sama tetangga nanti diambilkan asal ada bonnya. Kadang warga tidak mampu tidak hanya mendapat satu bungkus daging, bisa sampai puluhan karena yang berkorban juga banyak, karena kebanyakan disimpan juga ngga punya kulkas, beberapa diantaranya dijual kembali untuk beli keperluan yang lain seperti beras, sayur-mayur dan keperluan sekolah anak-anaknya. Yang beli juga senang daging segar seharga 40 ribu sekilo! simbiosis mutualisme...he..he...
Nah, ternyata Idhul adha tidak hanya berkah bagi warga tak mampu saja, bagi penjual perlengkapan sate juga untung beraaaat hari ini! Bayangkan mereka jual paket komplit dari tempat bakar sate, arang, tusuk sate, ketupat, hingga sambal kacangnya ada! Keluarga kumpul bakar sate deh!...kecium deh dari rumah ke rumah bau sate...Yah, kebiasaan setelah hari raya timbangan sama kolesterol naik...he..he...
Keprihatinan
aku idul adha sendirian di kos...
BalasHapushiks...hiks...
iya ya mba Misfah, prihatin banget ngeliat Bapak2 ibu2 yg batal pergi haji. mungkin selain materi yang disiapkan, mereka jg harus cari info sebanyak2nya tentang persiapan keberangkatan haji mereka. Selain itu yang paling utama, banyak2 berdoa semoga dilancarkan niat ibadah hajinya.
BalasHapusWah harus nabung dari sekarang niy ya mba, biar bisa pergi haji.. ^^
nah itulah bangsa indonesia mba..sepertinya ga pernah belajar dari kejadian lalu..termasuk jg bencana..
BalasHapusmmhh..selalu saja ada korban, pun dng pembagian daging kurban...
gw juga sedih ngeliat di TV orang2 berebutan ampe keinjek2 pada saat pembagian kurban. Gw rasa memang mekanismenya kurang tepat yah (baca: orang2 tersebut dateng langsung ke masjid). Apalagi jumlahnya bisa ampe ribuan gituh. Bagusan emang dibagiin kepada RT2 setempat, nanti ketua RT lah yang mendistribusikan kepada warganya yang kurang mampu
BalasHapus