Senin, 12 Oktober 2009

Cerpen : Bandara Cinta Noella by Misfah Khairina

14 Februari, Noella duduk di Cafe La Moda di Bandara. Pesawat landing dan take off silih berganti. Lampu-lampu di runway dari kejauhan menambah indah pemandangan dari balik dinding kaca tebal café itu. Cahaya bulan yang tak lama lagi bulat sempurna menambah syahdu suasana.
Meja bertaplak putih nampak sederhana tapi ellegan. Strawberry Juice untuk Noella dan Fruit Punch untuk Aldo. Cheese cake favorite Noella dan Choccolate Waffle kesukaan Aldo. Buket cantik penuh bunga mawar kesayangan Noella.
“Kenapa kau kemari Noella?”
“I miss you,”
“I miss you, too.”
“Kau ingat hari ini hari apa?”
“Hari kita jadian.”
“Kau ingat tahun lalu kita merayakan nya disini.”
“Hari terindah yang pernah kurasakan. Karena aku merayakannya denganmu, Sayang.”
Pipi Noella terasa hangat begitu pula matanya. Seakan ada yang meggantung disudut-sudut matanya. Ia tak yakin dapat menahannya.
“Sekaligus, Valentine tersedih dalam hidupku.”
Bendungan itu bobol. Air mata Noella mengucur deras.
“Noella, please hapus air matamu. Seharusnya kamu senang hari ini.”
“Seharusnya. Tapi aku takut.”
“Apa yang kau takutkan? “
“Tahun lalu aku menangis karena takut kehilanganmu. Sekarang aku takut…”
Aldo menatap Noella sungguh-sungguh menunggu ucapan gadis itu berikutnya,
“Aku… takut menyakitimu.”
Noella menggeleng, “Aldo maukah kau memaafkan aku?” pintanya dengan suara bergetar. Aldo tersenyum. “Yang harusnya terjadi pasti akan terjadi Noella tidak ada yang harus dimaafkan. Aku ingin kamu bahagia dan tersenyum lagi. Hey, mana senyum menawan itu pergi.”
“Entahlah, Do semenjak kau pergi , bibir ini seolah enggan tersenyum.”
u“Noella sayang, kau mulai menangis lagi. Tapi anggap saja ini tangisan terakhirmu untukku. Setelah itu kamu bisa tersenyum dan tertawa lagi. Seperti dulu. Apa yang membebani dirimu?”
“Aku jatuh cinta, Do.”
Aldo tertawa.
“Kenapa kamu tertawa? Memangnya ada yang lucu? Aku jatuh cinta lagi. Dengan cowok lain. Kulihat dia pertama kali dari terminal kedatangan. Ia seolah – olah dijatuhkan begitu saja dihadapanku, aku ingat hari itu hari ulang tahunku. Aku heran mengapa bukan kamu yang datang, tapi cowok yang satu ini.”
Percakapan itu tiba-tiba disela pengumuman pesawat Malasyia Air yang baru saja mendarat. Aldo menggenggam jemari Noella erat, sebuah ciuman lembut mendarat dipipinya yang mulus. Noella memejamkan matanya meresapi perasaannya yang membuncah, perasaan campur aduk, sedih bahagia menjadi satu.
“Pergilah, temui dia.” Bisik Aldo. Senyum lebarnya menenangkan, Noella memeluk erat cowok itu seakan-akan ia tak akan bertemu dengannya lagi. Tergesa Noella berlari kecil keluar dari La Moda, nyaris ia menubruk seorang waiter.
“Ma…Maaf , Mbak.” Ucapnya cepat. Waiter itu mengernyitkan dahinya, namun beberapa saat kemudian Waiter itu seperti mengenalinya sembari bergumam, “Kasihan.” Seorang rekan waiter lainnya menanyakan maksud gumamannya, Waiter itu berucap,”Itu kan gadis aneh yang suka duduk dimeja no 7, percaya ngga sih, aku sering memergokinya bicara sendiri!”
ooo
Abey turun dari escalator ke terminal kedatangan, Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia juga heran, bisa-bisanya ia mengenakan kemeja rapi walaupun masih berjins ria. Sekotak coklat dan boneka beruang berwarna pink tak lupa dibawanya. Abey membetulkan letak kaca matanya. Ia tak sadar ia mengulangi gerakan itu untuk kesepuluh kalinya.
Abey tak perduli, pokoknya hari ini ia harus balik ke Indonesia, . Mungkin ini yang dinamakan terserang virus cinta, membuat hatinya berubah warna menjadi pink. Seraut wajah manis terbayang-bayang dibenaknya. Wajah Noella. Gadis itu ditemukannya sedang duduk sendiri di La Moda. Di Café Bandara, menunggu seseorang, namun orang yang dinantinya tak datang, ia memberanikan diri berkenalan dengannya. Pertama-tama gadis itu seolah membatasi diri, lama-lama mereka bisa bercakap-cakap lebih panjang, dilanjutkan dengan telpon-telponan dan kunjungan Abey ke rumahnya. Hanya sebatas itu karena Abey harus balik ke Malaysia melajutkan studinya. Anehnya, saat mereka berjauhan Abey diserang rasa rindu pada Noella. Pada senyumnya, cara bicaranya, kemanjaannya. Abey bisa menghabiskan waktu berjam-jam menilponnya dari Malaysia.
Sampai suatu ketika Abey keceplosan,”Kamu udah punya pacar belum?” Tanya Abey iseng setengah bercanda.
Noella lama terdiam. Beberapa saat kemudian terdengar isak tangisnya yang makin lama makin kencang. Abey terkejut setengah mati dengan tanggapan Noella yang dianggapnya berlebihan.
“Ma…maaf…kalau omongan aku membuatmu sedih.” Ralat Abey.
“A…aku ngga bisa ngomong sekarang, maafkan aku…”erang Noella ditengah isaknya.
Hati Abey bertanya-tanya mengapa Noella jadi begitu bersedih dengan pertanyaan isengnya itu. Abey sendiri tidak yakin, apakah ia sanggup menghadapiii kenyataan kalo Noella sudah memiliki kekasih. Siapa yang tahu kalau tidak dicoba, toh seandainya kenyataan buruk yang harus ia hadapi, ia bisa langsung balik ke Malaysia dan menenggelamkan dirinya untuk studinya. Hari ini , ia akan menumpahkan segenap rasa yang ada dihatinya untuk Noella.
Noella!” seru Abey pada seorang gadis berkardigan baby pink ditengah kerumunan orang di terminal kedatangan.
“Abey!”
“Buatmu.”
Abey menyerahkan kotak coklat dan boneka beruang ditangannya pada Noella.
“Abey!...te..t erima kasih.”
Noella tersentak, Abey meraih kedua jemarinya dan berucap,”Noella, sejak mengenalmu, rasanya tak ada hari tanpa memikirkanmu. Walau baru beberapa kali kita bertemu, tapi rasanya aku mengenalmu sudah bertahun-tahun. Akankah ada ruang dihatimu untukku? would you be my lover? ”pintanya seraya menatap langsung ke sepasang manik mata Noella.
Tubuh Noella berguncang hebat, tak sanggup rasanya ia berdiri di atas kedua kakinya. Tak sanggup rasanya ia menatap wajah cowok itu. Begitu jauh jarak yang ditempuhnya hanya untuk menyatakan cinta
“Noella, tataplah mataku tidakkah kau lihat kesungguhan disana?”
Noella mengangkat kepalanya perlahan. Perasaan haru biru datang lagi menderanya. Mengapa Aldo yang selalu dekat dengannya terasa begitu jauh? Mengapa cowok ini Abey, terasa begitu dekat, begitu nyata, bahkan dapat ia sentuh. Apakah itu artinya Aldo telah mengikhlaskannya? Ataukah ia telah membiarkan hatinya disentuh hangatnya asmara kembali setelah Aldo pergi?
“Jangan ingkari hatimu Noella,” jerit batin Noella ,”Aldo telah pergi dan ia tak kan kembali. Ia pergi setahun yang lalu ke Makasar, dimana kedua orang tuanya tinggal. Aldo tidak pernah sampai ataupun kembali menjumpaimu. Karena pesawat yang ditumpangii nya jatuh diatas Samudra tepat di hari jadian mereka, bahkan jasadnyapun tak pernah kau lihat lagi.”
“Abey,” Noella menenggelamkan kepalanya ke dada Abey dengan suara parau ia berucap, “I will, “ Air mata mengalir deras di kedua belah matanya. Abey mengusap lembut rambut Noella terbata-bata ia berkata,”I love…you. I love you…”
Waktu seolah terhenti. Udara dipenuhi gelombang-gelombang amor berwarna pink, hanya Noella dan Abey dapat meghirupnya.
Waiter-waiter La Moda Café merubung kaca besar dekat terminal kedatangan. Suara-suara mereka bersahut-sahutan.
“Ooo…itu tho cowok yang di tunggu gadis aneh itu..”
“Ganteng banget, Chace Crawford versi Indonesia. Pantes saja gadis itu sampai tergila-gila.”
“Tapi ngga sampai duduk berjam-jam disini trus ngomong sendiri kali…”
“Gimana dooong, orang rindu beraaat….he….he”
Ooo
Noella dan Abey berjalan bergandengan keluar menuju lapangan parkir. Langkah Noella terasa ringan. Sesaat mueliwati La MOda Café, sekelebatan Noella melihat bayangan Aldo melambai dan tersenyum padanya. Dibandara ini cinta Noella pergi, di Bandara ini pula cinta hadir kembali . Bandara cinta.
Tamat

1 komentar:

Terima kasih buat teman-teman yang sudah berkomentar