Tampilkan postingan dengan label working mom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label working mom. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Juli 2011

SINDROM HARI PERTAMA SEKOLAH

Dari status FB teman-temanku yang pertama anak-anaknya masuk sekolah ya TK atau SD terbaca kepanikan, kekacauan, dan kelucuan. Maklum saja anak-anak kan suka bingung berada dilingkuangan yang masih baru. Aku tenang-tenang saja, karena Icha baru akan masuk playgroup nanti tanggal 18 Juli sedang si Kaka walaupun hari pertama masuk sekolah tapi bukan hari pertama SD, tapi hari pertama sebagai murid kelas III SD. Jadi aku tenang-tenang saja, aku sudah pesan sama Ibunya yang biasa jemput Kaka di sekolah sekalian nitip ongkosnya karena sudah biasa sehari-hari begitu, aku tidak ketemu sama si om yang jemput karena aku berangkat kerja lebih pagi jadi cuma sama ibunya.

Aku berangkat bekerja seperti biasa hingga pukul 11 aku mendapat telepon dari mama, kalau ojek yang jemput anakku bilang Rizky tidak ada disekolah! Aku langsung telpon penitipan siapa tahu Bapaknya jemput terus diantar ke penitipan. Telpon Bapaknya, dia saja masih di kantor. Lemes deh! Kemana Rizky? Jam merangkak naik, sedangkan aku masih dalam perjalanan pulang sepanjang naik angkot aku telpon hubby dan mamaku minta tolong cariin si kaka. Mama yang paling dekat langsung berangkat ke sekolahnya Rizky sementara suamiku menyusul.

Ternyata si om yang biasanya ngojekin anakku tidak bisa jemput karena ada kerjaan lain yang jemput Bapaknya. Karena Bapaknya tidak biasa, cuma nunggu di luar sekolah sedangkan si kaka biasanya lari-lari kesana kemari di lingkungan sekolah kadang ngumpet di perpustakaan atau depan kantor guru selama nunggu jemputan. Pas si Bapak tanya ke satpam, satpam jawab anak kelas III sudah pulang, si Bapak pulang.

Setelah mama telpon kalau Rizky sudah ketemu baru aku bisa bernafas lega. Anak itu ternyata masih dikelasnya, nyapu-nyapuin kelas, karena sudah tidak ada temannya lagi. Syukur Alhamdulilah....kadang-kadang hal seperti ini bisa terjadi diluar perhitungan kita. Tapi aku tidak marah sama si Bapak, karena beliau tidak tahu kebiasaan anakku dan mungkin saja Bapak jemputnya kepagian karena kelas III ternyata pulangnya lebih lama satu jam dibanding kelas II kemarin, lagian beliau juga sudah dua kali bolak-balik ke sekolah anakku dan menunggu dua jam. Tapi karena menunggunya diluar jadi si kaka tidak ketemu-ketemu. Yah, ternyata kehebohan hari pertama itu berlaku juga untuk anak kelas III SD,tapi yang heboh bukan anaknya tapi mamanya!

Sabtu, 23 April 2011

KETIKA MAMA DIKLAT

Kalau ditanya kapan aku terakhir kali aku mengikuti diklat? setahun yang lalu kalau tidak salah. Selama menikah dan punya anak, kalau ada pilihan ya atau tidak aku milih tidak, kecuali harus ya! Itu juga menimbang-nimbang berapa lama dan dimana? bukan membayangkan diklatnya tapi yang ditinggal diklat ! Beberapa hari sebelum masuk diklat kepala ini mumet mikirin macam-macam mengatur strategi dan menganalisis segala kemungkinan. Urusan dapur, urusan momong anak, urusan ngantar si kaka sekolah, dan tetek bengek lainnya. Kalo dipikir-pikir rasanya ini kaki dua ada perekatnya di rumah. Beraaaaaat banget. Namun setelah berkoordinasi dengan hubby, mama, dan para asisten, Bismillah berangkat jualah si emak ini ke tempat diklat.

Sebenarnya aku menyukai diklat, Kadang kalakita mengalami kejenuhan dalam bekerja, karena sudah lama mengerjakan yang itu-itu saja, begitu juga dengan pengetahuan kita yang hanya berputar dilingkungan kecil tempat bekerja tidak bertambah bahkan banyak yang lupa, itulah gunanya diklat untuk mengupgrade pengetahuan dan mengasah ke ahlian. Selain itu juga menjalin silaturahmi sesama rekan seprofesi, berbagi pengalaman dan ilmu, kadang bekerja bersama dan mempresentasikannya bersama-sama, dengan berbagai orang dari bermacam daerah, berbeda usia, pengalaman kerja, dan pendidikan. Aku kagum sama ibu-ibu yang sudah dianggap sepuh tapi masih mau bekerja sama dengan yang muda-muda dan beliau masih mau belajar dan tidak menganggap diri beliau telah banyak makan asam garam, kita merasa diayomi. Begitupula peserta yang lebih muda dan memiliki kemampuan lebih dan kualifikasi pendidikan lebih tinggi, tapi mau membantu kita-kita yang sudah berumur, tapi masih "gaptek" dan banyak tanya ini :)

Diklat bagiku kadang juga sebagai ajang reuni, entah pernah sama-sama jadi peserta diklat yang sama atau teman lama waktu kuliah, setelah sekian lama waktu berlalu dia dimana, saya dimana, ketemu-ketemunya di tempat diklat! Diklat terakhir aku ketemu temanku yang sudah lebih dari sepuluh tahun terpisah, sekarang anaknya sudah tiga. Bahkan ada satu diklat ketemu teman lama juga tapi bukan sebagai peserta diklat tapi sebagai pembicara diklat!

Aku kalo diklat cerewet. Ngapain juga bela-belaain ninggalin anak suami tapi tidak dapat ilmu apa-apa selain badan capek dan makan dan penginapan gratis. Aku banyak tanya, alasannya dua, emang aku ngga tahu dan bolot banget ama yang dibicarakan atau ngantuk berat! Obatnya bertanya:) Lagian biar ada bahan kalo si boss pulang-pulang nanya.

Aku orang yang termasuk "gaul" kalo diklat, kan ada orang yang kalo diklat maunya sekamar atau berteman dengan orang yang satu daerah saja, atau satu kantor saja, atau teman saja. yang pinter-pinter aja, yang muda-muda aja, angkatan 45 aja!Aku sih terserah sekamar sama siapa saja, sekelompok sama siapa udah kenal kek belum kenal kek nanti kan juga kenal, soalnya kita hari-hari didiklat bareng terus. Yang kuperhatikan beda ibu-ibu dengan bapak-bapak kalo diklat, kalo bapak-bapak cuman bawa tas tangan doang atau ransel coba ibu-ibu, bawaannya koper bahkan tas make up, hair dryer, strikaan, lampu darurat hingga termos air panas dan bantalpun dibawa, kalo rumah bisa jadikan compact bisa muat di koper dibawa :) Di kamarpun beda kalo kamar bapak-bapak selesai session, sepi tidur paling stau dua yang main catur atau nonton TV, coba kamar ibu-ibu, masih jam sepuluhan gitu mah masih pagi, habis ishoma dan ngerjain tugas masing-masing hp ditangan nelpon anak-anak masing-masing, eh malah nangis bareng-bareng kangeeeeen. Abis nangis-nangisan tidur? Jangan tanya kalo sudah ngumpul gitu mata udah ngantuk badan sudah capek tapi ngobrol jalan terus, ngga kerasa udah jam 3 pagi aja :) Wah, kalo sudah ngobrol ini Ibu-Ibu malah lebih heboh, pake gaya, joget-joget dan ngakak guling-guling segala, (maklum pada jauh dari suami...he..he...) Kalo sudah begini kagak berasa kalo kita tuh baru kenal.Pulang-pulang juga kelihatan beda, Bapak-bapak langsung pulang ibu-ibu apalagi kalo bukan shopping, seenggak-enggaknya oleh-oleh buat yang ditinggal di rumah. Begitulah, secuplik suka dukanya kalo ibu-ibu diklat. Yang pasti pulang diklat nambah ilmu, nambah teman, nambah uang saku, nambah berat badan :) My hubby, Icha, Rizky, mama pulaaaaaang!














Kamis, 10 Februari 2011

One Kiss From My baby


Rabu kamis adalah hari paling berat bagiku. Apalagi pagi hari, what crazy mornings. Sepagi-paginya aku bangun, sebaik-baiknya rencana tetap saja aku kelabakan. seperti gasing trus berputar disetiap ruang rumahku, waktu tak pernah menunggu. Masuk jam pertama...masuk jam pertama....alarm dikepalaku memanggil-manggil kencang. Terlambat, siap-siap dicemberuti, siap-siap kena sindir, Ouch!!! Aku ngga boleh menyerah, aku ngga boleh kalah. Beberapa suap nasi mengisi perutku itupun aku tidak tahu rasanya, kadang diselingi membalik telur dadar di wajan, Ya ampun...Baju dinas bapak mana? Mulai memporak-porandakan lemari, dapat! Botol minuman kakak harus diisi, perlengkapan adik ditempat penitipannya, susunya? air panasnya? Setelah itu apa, membagi-bagi uang, buat transport, belanja hari ini, ojek dan jajan buat kakak, dan buat si mbak yg jaga sikecil. Mandi secepat kilat, dandan sret...sret...srot! jilbab miring sedikit, what a heck! Siap berangkat....peluh beleleran diwajahku, bajuku yang sudah disetrika kumal lagi, tiba-tiba sebuah tangan mungil memelukku dan sebuah kecupan mendarat dipipiku, kecupan lembut penuh sayang, "Mama Icha cantik." suara balitanya bergema dikepalaku, segala keruwetan menguap entah kemana, satu kecupan dari bidadari kecilku made my crazy morning faded away.

Rabu, 13 Oktober 2010

Tak Bisa Kelain Hati

Hampir setiap bulan ada saja sales yang menawarkan barang ke tempat kerjaku, dari baju, sepatu, obat-obatan, hingga alat-alat rumah tangga. dari wajan serba guna, panci tekan, alat panggang tanpa arang, dan lain sebagainya. Kita semua tentu menerima kehadiran mereka dengans enang hati, kadang ada acara demo masak segala, siapa sih menolak makan gratis..he..he...Tapi diakhir demo tentu saja kita "diharapkan" sang sales untuk membel alat-alat yang mereka jual. Ada kalanya murah meriah, ada pula yang lumayan mahal. Tapi sales-sales itu tak kurang akal, mereka menawarkan kredit lunak hingga angsuran 12 bulan plus bonus pula!

Daripada ngga enak sama teman-teman yg lain aku "terpaksa" beli soalnya untuk memenuhi kuota angsuran yang lebih murahdan harga yang lebih murah kadang si sales memasang target harus ada 6 orang yang beli atau minimal 3 orang. Maklum aja wanita pekerja seperti aku ini masak itu yang penting-penting saja, kalo yang ribet-ribet kayak bikin tart,sate, atau masak rendang...setahun sekali...kalo mau ada acara atau hari raya doang.

Buntut-buntutnya alat-alat memasak moderen itu jadi pajangan penghias lemari . Berdebu dan tentu saja menuh-menuhin rumahku yang mungil ini. Dicoba pas awal-awalnya...habis itu duduk manis di lemari. ujung-ujungnya pasti balik ke wajan dan panci aluminium yang pantatnya suka gosong itu...he..he...mudah digunakan, gampang dan ngga ribet dalam perawatan. Rasa-rasanya alat -alat rumah tangga moderen yang benar-benar kepake itu cuma tiga Magic Jar, kulkas, sama blender!

Makanya kalau ada sales yang menawarkan alat-alat memasak canggih bin praktis aku langsung tutup mata, tutup kuping dan tentu saja tutup dompet rapat-rapat....he...he..ternyata Panci dan wajan gosong....aku tak bisa kelain hati!

Jumat, 24 September 2010

Pekerjaan Ramah Untuk Wanita

Seorang wanita muda terduduk kelelahan di lantai toilet Mal dengan tongkat pel ditangan dan peluh berleleran. Sementara wanita-wanita lain yang keluar masuk toilet itu sibuk touch up dengan lipstik dan bedak, wangi dan berpakaian indah. Entah apa yang dia pikirkan terpekur dilantai toilet, apakah THRku cukup buat membelikan baju baru buat anakku?
Apa bisa mudik tahun ini?
Apa yang dilakukan anakku yang masih bayi di rumah, apa dia baik-baik saja?

Seorang wanita muda lagi berdiri di kasir hypermart dengan perut besar. Sebentar lagi dia melahirkan. Perlu biaya yang tidak sedikit untuk persalinan. Bagaimana dengan susunya kelak? karena untuk ASI eksklusif tidak mungkin karena ia harus secepatnya balik kerja setelah persalinan.Ia rela berdiri berjam-jam, menghitung, memasukkan uang, memberi kembalian, dan membuat barang belanjaan ke dalam kantong pelastik, sementara orang-orang yang antri di belakang kasirnya mengular.

Melihat dua wanita itu aku bersyukur. Bersyukur dengan pekerjaanku yang dibilang orang "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Aku bisa libur satu bulan penuh disaat Ramadhan(ditempatku bulan Ramdhan sekolah libur), libur setiap kali Rizky liburan, dan pulang saat murid-muridku juga pulang. Aku bisa cepat kembali melihat dua wajah bocah kecilku. Melihat mereka tumbuh, berkembang, dengan mengagumkan. Dan ketika dulu menurut rekan kerjaku yang laki-laki, profesi guru kalau melamar bunga desa selalu kalah, orang tua gadis itu pasti bilang "cuma guru? Berapa memangnya gaji guru?"
Sekarang, kalau ada Pak Guru baru masuk desa dan statusnya masih available langsung jadi rebutan dan primadona orang tua yang punya anak perawan ting-ting, "Nantikan dia dapat gaji sertifikasi!"...he..he...

Lucunya dulu kalau tamat SMU masuk FKIP dibilang kampungan, soalnya yang daftar di FKIP banyak anak-anak dari kampung, tapi sekarang yang daftar melebihi daya tampung bahkan ada yangmasuknya mandiri dengan resiko bayar semesterannya double, dan peminatnya berjubel juga.Dan setiap kali penerimaan PNS baru pasti yang paling banyak dicari ya guru!

Entahlah kalau aku tidak jadi guru. Mungkin sewaktu masih gadis aku suka pekerjaan yang menantang dan bergaji besar. Namun setelah berkeluarga, aku merasa profesi yang satu ini ramah untuk perempuan. Bayangkan temanku gara-gara habis melahirkan dan pendarahan, cutinya liwat waktu langsung diberhentikan! Sedang temanku yang guru sudah brojol anak dua masih bisa diterima jadi PNS! Yang lebih menentramkan, semoga dengan profesi ini meringankan langkahku untuk meraih Ridho-Nya di akherat kelak.

Rabu, 03 Februari 2010

one kiss from my baby

Rabu kamis adalah hari paling berat bagiku. Apalagi pagi hari, what crazy mornings. Sepagi-paginya aku bangun, sebaik-baiknya rencana tetap saja aku kelabakan. seperti gasing trus berputar disetiap ruang rumahku, waktu tak pernah menunggu. Masuk jam pertama...masuk jam pertama....alarm dikepalaku memanggil-manggil kencang. Terlambat, siap-siap dicemberuti, siap-siap kena sindir, Ouch!!! Aku ngga boleh menyerah, aku ngga boleh kalah. Beberapa suap nasi mengisi perutku itupun aku tidak tahu rasanya, kadang diselingi membalik telur dadar di wajan, Ya ampun...Baju dinas bapak mana? Mulai memporak-porandakan lemari, dapat! Botol minuman kakak harus diisi, perlengkapan adik ditempat penitipannya, susunya? air panasnya? Setelah itu apa, membagi-bagi uang, buat transport, belanja hari ini, ojek dan jajan buat kakak, dan buat si mbak yg jaga sikecil. Mandi secepat kilat, dandan sret...sret...srot! jilbab miring sedikit, what a heck! Siap berangkat....peluh beleleran diwajahku, bajuku yang sudah disetrika kumal lagi, tiba-tiba sebuah tangan mungil memelukku dan sebuah kecupan mendarat dipipiku, kecupan lembut penuh sayang, "Mama Icha cantik." suara balitanya bergema dikepalaku, segala keruwetan menguap entah kemana, satu kecupan dari bidadari kecilku made my crazy morning faded away.


Masukkan Code ini K1-E25E74-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com